Pages

Sabtu, 23 Juli 2011

-Sumbing Si 3371-


Sumbing, gunung di daerah Wonosobo yang mempunyai ketinggian 3371 mdpl. Sehari sebelum kami mendaki, ada kabar kalau terjadi kebakaran di Sumbing :( . Ulah makhluk yang dinamai manusia kah?



Bekas kebakaran :(


Saya lupa, kami berangkat tanggal berapa, sepertnya sekitar tanggal 26-27 September 2009, H+6 setelah lebaran sepertinya. Dari Salatiga pasukan ada 5 orang yaitu saya, Pai, Tolank, Suci, dan Nana. Seperti biasa kami berkumpul di Pasar Sapi, kami berangkat agak sore karena menunggu saya yang sedikit lama, karena ada something yang harus saya kerjakan (ceileh, kayak putri Indonesia aja yang sibuk disana disini). Kemudian kami naik bis untuk sampai ke terminal Bawen. Paijo sudah menunggu di Bawen. Dia sudah mendapatkan bis jurusan Wonosobo, tentu saja dengan harga yang MIRING (nah loh tulisannya jadi miring beneran). Hihihi.


Saat masuk daerah Wonosobo, Sumbing dan Sindoro terlihat berdampingan, setia sekali mereka yah,seperti ayah dan ibu saya saja, hahaha :P. Kami akan mendaki via Garung, lalu setelah turun dari bus, baru berjalan sekitar 10 langkah, eh bis nya berhenti lagi di depan... rupanya didalam bis tadi ada pendaki, seorang diri! Hah, saya saja mungkin tidak berani. Lalu kami berkenalan, dia bernama Trunyul. Orang nya nyleneh, memakai topi rasta, dan kulitnya eksotis, saya suka lelaki yang berkulit gelap loh... itu keren banget! Haha. Pasti dia ngakak kalau tau saya bilang demikian.


Sampai di basecamp sudah gelap, kami memutuskan untuk melakukan pendakian jam 20.00. Awal pendakian kami sudah disuguhi trek yang lumayan fantastis bikin kami ngos-ngosan. Hosh hosh… keringat lumayan membasahi kening saya. Sabar…


Berjalan. Berjalan. Berjalan. Setapak. Setapak. Setapak. Sabar. Sabar. Sabar. Mungkin itu kuncinya. Hingga kami memutuskan untuk mendirikan dumb. Karena salah satu dari teman saya ada yang sudah gak kuat karena ngantuk. Kami mendapat tempat camp yang lumayan nyaman, saya lupa posisi nya. Tenda penuh sesak, tetapi malah menjadi hangat. Dimana kaki tumpang tindih membuat kami cepat kesemutan, tapi tetap saja mengasyikan, karena kami bersama-sama.

Ketika pagi, saat membuka mata dan keluar dari dumb...


Sindoro tersenyum dipagi hari :)


Mahakarya Tuhan yang aduhai sekali, menemani saya pagi ini. Kami menyalakan api, dan membuat minuman hangat serta sarapan . Pukul 08.00an kami sudah siap menanjak lagi, karena perjalanan masih panjang. Dengan penuh semangat, perlahan kami mulai berjalan.

Masak-masak, sarapan, gosok gigi…


Pestan alias pasar setan. Ohh ini to... hehehe. Sumbing terkenal dengan Pestan nya.


Foto ini bikin geli aja –tragedi orang Cipinang-


Berjalan lagi, kami sampai di pasar watu, lalu beristirahat untuk menggajal perut yang sedari tadi keroncongan. Temen-temen pada masak, eh saya curang malah tidur, menyandarkan diri di sebongkah batu yang besar. Ekekek. Saat makanan sudah jadi, saya bangun, memang curang. Hehehe.


Pasar Watu

Pasar Watu



Pas tidur ada aja yang motret!


Perjumpaan dengan orang Wonosobo


Start jam 2 kami melesat lagi, mengejar SUNSET SUMBING. Watu Kotak kami lewati. Perjalanan ini sungguh... saya hanya bisa mlongo, geleng-geleng, Subhanallah… ciptaan Tuhan, Alhamdulillah saya bisa menikmatinya. Ditengah perjalanan kami bertemu tiga orang mas-mas. Kami bertegur sapa. Ternyata orang Jakarta. Mas mas itu memberi support, “puncak sudah dekat”.

Lets go de gage.

Lek ndang gage.

Sebelum puncak, nge-trek banget medannya !!! Pelan-pelan saya nikmati... Pai yang duluan sampai, kemudian meneriaki saya yang ada di belakangnya, agar tak putus asa. Tak lama kemudian saya sampai puncak. Asik! Mataku takjub dengan apa yang ada disekelilingku. Kawah, Sindoro yang gelap, matahari yang orange. Sudah pukul 5 lebih. Giliran aku meneriaki 4 teman yang berada di belakang ku. DINGIN banget. Brrrrr. SUNSET, kami menikmatinya bersama-sama. Mengabadikannya dalam ponsel kami, juga dalam hati kami. Ya Allah, terima kasih ya… Baru kali pertama saya melihat sunset dari puncak gunung, itu indah sekali… :’)


Kawah


Background Gunung Sindoro


Merah Putih ku berkibar di 3371




Enjoy the sunset


Sunset dan Gunung Slamet



Saya :P


Matahari semakin tenggelam, tak ada lagi terasa hangatnya, benar-benar dingin ! sampai tangan kami kaku. Kami memutuskan untuk segera turun. Jalan yang berdebu kami lewati dengan berlarian. Di tengah jalan, badanku lemas, pusing.

BREAK!!!

“AKU PENGEN MUTAH !!!

“HOEKK HOEKKK HOEKK.”

Cairan asam itu keluar dari mulut.

Saya hanya cengengesan, lalu berkumur.

Badan lebih enak daripada tadi.

Entah, rasanya Sumbing mengerikan dimalam hari, saya berjalan paling belakang, mulut ini komat-kamit membaca doa. Dibawah pos 2 kami mendirikan dumb lagi, membuka SB, dan TIDUR!

Hehehe. Selamat pagi saudara! Saya sudah sehat! Paginya, kami sarapan, lalu packing, kami melanjutkan perjalanan kami dengan langkah yang santai. Sampai basecamp bertemu dengan tiga mas mas (trimas getir) pendaki dari Jakarta itu. Mas Adit, Bang Iqbal dan Mas Wiwit. Kami asik sekali ngobrol-ngobrol, sampai kami tukeran nomor, facebook, menjalin persaudaraan.



Rekan-rekan saya dan Cipinang Brother ( Mas Adit, Bang Iqbal, Mas Wiwit)




Waaa. Pipiku distempel Mas Adit !!!



Pulangnya saya mendapat tumpangan gratis alias bonekan. Ketika meninggalkan Sumbing saya melihat ada asap di lereng Sumbing, kebakaran, : ( , dimana lokasi tepatnya saya gak tau … sampai Ambarawa, kalau gak salah 2x dapet tumpangan. Lumayan. Bye-bye Sumbing, saya bakalan kangen kamu nih!

Uhh !!!


Bonekers…



Bye-bye Sumbing

1 komentar:

riana amalia mengatakan...

hahaha... tragedi payung oleh cipinang brother, pada jatuh cinta sama pai gara2 payung. huahaha (ngakak sambil gulung2)

Posting Komentar