Pages

Senin, 25 Juni 2012

si '3428'



JUM’AT, 16 September 2011

Sampai juga di gunung tertinggi di Jawa Tengah... Planing awal saya akan treking ke Merapi. Pagi-pagi jam 6 saya sudah siap berangkat menuju Kopeng untuk menghampiri  Mas Dinar. Sekitar jam 8 saya berangkat dari Kopeng menuju Selo.

Mau ke Merapi malah jadinya ke Slamet

JEGER!!! Sudah setengah perjalanan menuju Selo. Entah bagaimana cerita nya yah saat itu, kami menepikan kebo dan berdiskusi dipinggir jalan, eh... tau-tau kami memutuskan untuk ikut ke Slamet. JEGERRR lagi. Haha... memang orang setres, kalo ga gila namanya bukan pendaki. Hahaha. Kami balik lagi packing ulang untuk 3 hari di Slamet !!!

Transport kami menggunakan motor, jadi saya mengajak serta si kebo. Kami berangkat dari Kopeng sekitar pukul 3 sore. Alhamdulillah perjalanan kami diberikan kelancaran. Karena kami santai bermotoran ria nya, sampai dikota Purbalingga sudah tengah malam. Setelah itu kami menuju desa Bambangan, untuk menemui Mas Ali dan Mas Ahmad, yang akan menjadi tour guide kami. Jalan menuju desa Bambangan cukup membuatku bergidik ngeri, jalan menanjak, berkelok, kabut semakin tebal saja. CLAP! Salah satu lampu dijalan itu menyala, semoga pertanda baik. Aamiin. :)

Kami janjian dengan Mas Ahmad di desa yang bernama Mraten (tapi Mas Juman menyebutnya Prihatin, hahaha, ngakak gulung-gulung) letaknya setelah desa Bambangan. Nah, karena Mas Ali dan Mas Ahmad baik hati dan tidak tegaan melihat berapa manusia sudah lelah seperti habis nguli, kucel seperti kain pel, Mas Ali dan Mas Ahmad memperbolehkan kami untuk beristirahat ditempatnya. Tempat singgah kami ternyata sebuah sekolah, saya membaca SD Clekatakan (hihi, nama desa yang lucu).

SABTU, 17 September 2011

Sabtu pagi, saya keluar untuk merasakan udara di kaki gunung Slamet. Masih berkabut dan  mentari masih malu-malu. Rasanya ingin memandangi Slamet, tapi kabut masih menyelimuti. Menu pagi ini adalah mie dan tempe goreng. Kami menikmati sarapan diluar, sambil melihat adik-adik yang sedang berlatih upacara untuk hari Senin. Mereka lucu-lucu sekali, masih polos, dan yang paling saya ingat anak-anak begitu semangatnya berlatih upacara walaupun belum ada guru yang mendampingi, sepertinya ini inisiatif mereka. Saya salut. Sembari sarapan, beberapa dari kami menggoda adik-adik yang sedang latihan. Senangnya, melihat pemandangan pagi itu. Nah, sekarang guru mereka sudah datang, adik-adik memulai  latihan upacara dari awal lagi. Teman-teman berhenti deh godain anak-anak, ganti menggoda guru-guru yang masih muda dan cantik. Dasar lelaki!

OIYA! Saya belum bercerita ya saya bersama siapa saja dipetualangan ‘3428’ kali ini. Ada Mas Kris, Tukiyo, Mas Parno, Mas Agus, Mas Dinar, Mas Juman sekalian Mbak Jiyem, Satriya, Mas Ndut, Pece, Budi, Mas Ahmad dan tentunya saya, Kecrok...Hihi

Pukul 10.00 kami akan memulai  treking, tetapi sebelumnya kami berdoa agar dalam perjalanan selalu lancar, aman, dan gak terjadi hal yang tidak baik. Aamiin. Gunung Slamet itu beda...


Cukup jauh jalan aspal dari desa Clekatakan sampai jalan tanah. Jalannya menanjak, sehingga membuat kami ngos-ngosan dan membuatku mengeluarkan keringat sebesar biji jagung. Setelah memasuki hutan pinus, kami istirahat sebentar. Kami memotong jalur, dari desa Clekatakan yang nanti juga akan tembus dijalur Bambangan. Jalur Bambangan adalah jalur ‘to the point’, haha tanjakan tanpa ampun. ASLI...

POS 1, PONDOK GEMBIRUNG, MENANTI HUJAN REDA...

Sebelum sampai di pos 1 hujan turun lumayan deras. Segarnya... merasakan beberapa tetes air hujan yang mengalir menyusup ke mulut. Dipos 1 perut kami sudah keroncongan, hungry mountaineer. Saatnya masak-masak taraaaa!!! Kami melanjutkan perjalanan ketika hujan sedikit reda.


POS 2, PONDOK WALANG- POS 3, PONDOK CEMARA

Setapak, setapak, setapak...sampai juga dipos 2, break lagi. Tim kami tim santai, sering istirahat dan cepat lapar! Mas Ahmad sudah diwanti-wanti untuk sabar, kami kan mau berwisata, merefresh otak, jadi lama-lama dikit gakpapa kan mas, hihihi, padahal saya turut berlama-lama, karena langkah kecil ini.

Berjam-jam kami menyusuri hutan Slamet, tanjakan yang tanpa ampun, membuat otot betis kontraksi terus. Hihi, saya kena daun api gara-gara saya menyelinap ditempat aman (yang ternyata gak aman) untuk buang air kecil. Uhh, kaki saya langsung bentol-bentol plus rasa gatel pengen garuk-garuk.

Pohon-pohon menjulang tinggi, rata-rata berdiameter kurang lebih setengah – satu meter, berakar kuat menjalar, berlumut, menandakan pohon itu sudah hidup entah puluhan tahun atau ratusan tahun lalu, mungkin saya belum menghembuskan nafas pertama didunia ini pohon itu sudah ada.




POS 4, PONDOK SAMARANTU, BINTANG TERSEBAR DIANGKASA

Di imajinasiku, Samarantu adalah sebuah tempat yang tenang dan indah. Memang. Sampai di Samarantu sudah gelap. Rasanya campur aduk. Emm, tenang, sunyi, sedikit merinding juga, tapi saya lebih memilih bersandar dipohon dan mendongak keatas, melihat bintang serta bersyukur pada Sang Pencipta.

Aku lelah berjalan di medan miring di tengah terkaman hutan dengan berat beban dipunggung yang semakin berat, tapi ada satu hal yg membuatku semangat untuk tetap konsisten pada kondisi itu ,aku kedinginan didalam terpaan angin yang semakin dingin ke dalam rusuk ,tapi ada sesuatu yang selalu menghangatkan ku. ‘Samarantu’ diatas ketinggian 2000 mdpl lebih menyadarkan aku, bahwa kamu yg selama ini datang membawa semangat dan kehangatan untuk hidupku,
 
POS 5, SAMYANG RANGKAH, KEMBANGKAN DUMB!

Sambil menunggu adzan isya selesai berkumandang kami melanjutkan perjalanan menuju pos 5. Kami akan mendirikan dumb di pos 5 untuk bermalam. Sampai di pos 5 “Brooookkk” saya menjatuhkan badan saya ke tanah. Slamet tanpa ampun... Malam ini menu nya beda. Sedikit elite. Yap! Spagetti. Suapan pertama uenak, kedua enak, ketiga enak sih, keempat mulai enek, kelima saya bilang saya sudah kenyang abang!

Sebelum semua istirahat, kami membuat planning untuk besok, planning nya kita berangkat pagi-pagi sekitar jam 4. Lalu kami semua bergegas tidur. Selang beberapa jam saya tidur, kemudian saya mengigo (ngelindur), marah-marah, dan yang menjadi korban adalah orang yang memilih tidur disebelah saya,hahaha. Mana pake acara ngelepas jaket, untung gak sampai melepas baju. Hahaha.

MINGGU, 18 SEPTEMBER 2011

Pagi-pagi saya malas beranjak, teman-teman sudah mulai bersiap. Pagi itu kami berangkat sekitar jam 5 pagi. Mas Agus, Mas Dinar, dan Mas Parno masih terlelap, mereka akan treking puncak setelah matahari muncul. Saya ikut team pertama. Hahaha, tetap saja, baru jalan setengah jam saya sudah mutah-mutah. Tapi setelah muntah-muntah malah sehat dan siap menggapai puncak impian. Dengan langkah sabar mas Kris dan Tukiyo menunggu.


POS 7, PONDOK SYAMYANG KENDIT, BINTANG RAKSASA...

Bintang raksasa itu mulai muncul dari ufuk timur, ya sunrise yang hangat...



POS 8 – POS 9 (PLAWANGAN) – PUNCAK

Tanjakan semakin kejam, pos 9 adalah batas vegetasi, setelah itu trek yang kita lalui berbatu,  berkerikil. Daerah ini sering disebut kawasan batu merah. Terjal, tapi semangat Mas Ahmad yang berada didepanku sepertinya teradiasi pada diriku. Alhamdulillah, setelah berjuang melawan rasa lelah, frustasi, pikiran negativ, akhirnya kaki ini sampai juga dipuncak. Sungguh indah puncak Slamet, tak terasa ketika saya duduk terdiam memandangi kawah yang mengeluarkan asap putih mata ini menitikkan air mata. Rasanya tidak percaya, tidak ada alasan manusia bisa sombong lagi melihat ini semua, merasakan ini semua. Subhanallah...










Thanks to :
Allah SWT
Ibu Isroh dan Bapak Aan
Teman-teman et brother’s dan trisala
Mas Ali dan Mas Ahmad
Abang :)
Samarantu yang indah...