SEKILAS GAMBARAN TENTANG GUNUNG GEDE PANGRANGO
Gunung Gede
Pangrango adalah salah satu gunung di propinsi Jawa Barat. yang mempunyai curah hujan tinggi. Tak heran
jika kita mengunjungi gunung ini bersifat basah/lembab. Untuk mengembalikan
habitat, biasanya tiap bulan Agustus, juga Desember-Maret ditutup untuk para
pendaki. Dan tercatat sejak 2002 di TNGGP ditetapkan sistem booking, minimal 3
hari sebelum pendakian kita harus booking terlebih dahulu karena jumlah pendaki
pun dibatasi. Terdapat tiga jalur pendakian. Cibodas, Gunung Putri dan
Selabinata. Untuk pertama kalinya saya main ke Gede Pangrango :P (mau lagi)
melalui jalur Cibodas.
HARI
IBU, SAYA BIKIN KACAU...
Berawal dari saya yang membutuhkan F5 (refresh)
untuk ditekan. Otak yang sudah penuh dengan
file-file kehidupan. Hah. Kuliah semester
3 sudah selesai need f5!! Liburan kali ini saya ingin yang ‘woww’, dan alhamdulillah
terwujud, paling tidak lebih ‘woww’ daripada sebelumnya. Berawal dari
brader-brader Cipinang (baca Sumbing 3371 mdpl) yang pada ngajakin saya buat
naik Gunung Gede Pangrango, eh bertepatan saya libur kuliah, jadi saya
mengeluarkan jurus ampuh saya merengek kepada orang tua untuk meminta ijin.
Rencana juga setelah saya main ke Jakarta, nanjak Gede Pangrango, saya mau sekalian
singgah ke tempat uak dan bibi saya di Bandung, terus ke tempat nenek saya di
Tasikmalaya. Miss u so much granma...
Awalnya saya
sudah beli tiket bus ke Jakarta,untuk tanggal 23. Eh, tiba-tiba... saya inget
banget hari itu tanggal 22 Desember, hari ibu, saya malah membuat ibuk menangis. Hehehe. Beliau khawatir sekali
apabila saya berangkat sendiri naik bus, memang nekat sekali anak perempuannya
ini, setelah kami saling kompromi, akhirnya si ibuk maunya Pai menjemput ke
Salatiga. Beneran, moment ini bikin trenyuh saja, maav ya bu.. hehehe. Pai juga
langsung mau jemput saya, dia kangen simbah nya yang diSalatiga, jadi sekalian
ketemu simbah katanya.
SEDIKIT
MENCICIPI JADI BACKPACKER, 23 Desember 2010
Tiket bis
saya cancel, saya merengek pada Pai agar kami naik kereta. Siang nya saya ke
Tingkir dianter si kebo, setengah jalan hujan deres, kacau! Setelah sampai
Tingkir tas basah, hape langsung konslet, kacau lagi! Langsung saja saya mengcancel
tiket, untungnya bisa, walau kena potong sedikit. Pulangnya juga masih hujan, tapi
gak sederas tadi, saya langsung pulang karena harus finishing packing.
Sore sekitar
pukul 16.00 lebih Pai datang ke rumah, saya pun sudah siap. Hmm, nungguin Pai
lagi diberi wejangan oleh ibuk saya. Hihihi, sukur loh! Tapi berkat lelaki ini ijin sudah saya
kantongi.
Sepanjang perjalanan terlihat kami
begitu bersemangat. Bus arah Solo pun kami tunggu dengan sabar. Ehm… akhirnya
bus nya nongol, langsung saja kami naik, tapi kami harus berdiri karena penuh,
dan makin kesana makin penuh.
Sampai Solo sudah malam sekitar jam
19.00an, kami mampir Basecamp Giri
Bahama, salah satu organisasi pecinta alam di UMS. Disana kami
dijamu baik oleh saudara-saudara Giri Bahama. Jam 21.00 kami berangkat ke Purwosari diantar Mas Aji
dan Rektor, rekan Pai dan sekarang menjadi rekan saya juga. Sayang sekali, keretanya terakhir jam
18.30 huhuhu. Lalu kami berempat saya, Mas aji, Rektor, Pai diskusi bagaimana solusinya. Akhirnya diambil
keputusan, kami
menginap dirumah Rektor dulu, lalu pagi-pagi sekali kami ke Semarang untuk
mencari kereta. Muter balik, lewat Salatiga lagi, jiahh.
SUDAH
TANGGAL 24 DESEMBER 2010, KAMI DIKEJAR WAKTU!
Jam 7 pagi kami sampai di Poncol. Tahu
tidak saudara apa yang saya lihat ketika sampai di stasiun Poncol? Ya, antrean kereta sama keretanya
panjang antrean nya. Saya dan Pai frustasi, akhirnya kami berjalan keluar
stasiun dengan lesu. Eh, ada bis jurusan Cirebon, akhirnya kami berlarian
mengejar bis itu. Nah,
perjalanan Salatiga-Jakarta, saya sedikit mencicipi menjadi seorang backpacker
walaupun amatiran. Hahaha
GAK
NYANGKA BISA JADI INSPIRASI ORANG LAIN :)
Nah dibis ada cerita lagi nih!
Kami memilih bangku belakang sendiri, dipojok ada mbak-mbak, iseng aja kami ngajak dia ngobrol.
Setelah berkenalan dan bertanya soal asal muasal, kemudian kami mengetahui namanya
Silvi, angkatan 2010 UNNES TI, dia mau pulang ke Batang, awalnya agak malu si
Silvi itu, eh makin saya dan Pai gokil dia juga asik-asik aja. Obrolan kami
cukup banyak, akhirnya
setelah dia bertanya kepada kami
‘mau kemana?’ saya dan Pai cerita banyak soal pengalaman bareng pas naik
gunung. Kami juga tukeran nomer HP agar gak lost contact. Ajaib nya nih,
sekarang si Silvi kecanduan naik gunung, ternyata saya dan Pai bisa juga jadi
inspirasi buat orang lain. Senangnyaaaaa… ngomong-ngomong soal Silvi, saya jadi kangen dia nih.
PULO
GADUNG, MENUNGGU BANG IQBAL DAN MAS ADIT.
Sampai di Cirebon sore, saya lupa
jam berapa. Lalu kita langsung dapet bis jurusan Pulo Gadung, Jakarta. Wah, saya dan Pai travelling
nih, mau jadi backpacker, hahaha, sukses dapet yang ekonomi nan murah.
Dibis hanya tidur saja. Jam 23.00an kami sampai di Pulau Gadung, lalu dijemput
oleh Mas Adit dan Bang Iqbal. Waaaa… senang banget ketemu mereka… seneng nya
banyak banget…!
Sampai di Cipinang
saya serasa disambut pakai karpet merah. Hehehe. Abangku nambah lagi, ada Bang
Rahmat, Joay, Bento,
Bang Mulan, Bang Nawaw. Sampai disana saya langsung mandi dirumah Mas Wiwit,
sudah gak tahan dengan rasa lengket di tubuh saya. Saya mengira abang-abang yang saya sebutin tadi
ikut semua sekalian Bang Iqbal, Mas Wiwit dan Mas Adit pastinya, pokoknya seperti rencana awal
berdelapan lah. Ternyata yang fiks berangkat
cuma ber-meteor garden, saya, Pai, Mas Adit, Joay dan Bento. Gak
ada istirahat, packing-kumpul-doa-berangkat.
Mas Wiwit yang memimpin doa, sungguh khidmat…Bissmillah,
semoga perjalanan ini selalu dalam lindunganMu Ya Robb...
BERANGKAT!
Dari Cipinang kami nyarter
angkotan kota untuk ke Uki (Cawang). Lalu dari Uki ke Kp. Rambutan. Lalu kami
naik bus jurusan Tasikmalaya via puncak Bogor Cibodas. Dibis kami semua tidur
karena emang saatnya orang tidur. Pukul 04.00 sampai di Cibodas, dingin sekali,
kami menunggu angkutan yang bisa mengantar kami naik hingga basecamp, soalnya kata mas Adit
kalau jalan lumayan jauh. Akhirnya datang juga.
Basecamp lumayan ramai pendaki, kemudian
kami memesan sarapan untuk mengisi perut kami karena cacing-cacing di perut
kami sudah berdemo! Sekitar jam 07.00 kami mulai untuk jalan, sejuk sekali
udara diCibodas, bikin seger dihati dan pikiran. Kata Mas Adit nih, kalau kita lewat jalur
Cibodas sama aja kayak tamasya! Orang emang kita mau tamasya kok! Hehehe...
Awalnya kaku
juga saya berkomunikasi dengan abang-abang Cipinang dengan bahasa Indonesia,
karena logat saya sudah medok dok dok jawa banget. Tapi karena si abang-abang
ini mulai koplak, saya jadi sebodo teuing lah walaupun medok pisan euy! Si
Bento tu tersangka pertama yang manggil saya owa jawa, jadi pada ikutan manggil
deh... Dijalan sambil bercanda, kami mulai akrab.
TELAGA
BIRU (1.575 mdpl)
Setelah jalan
kira-kira 1,5 km dari pintu masuk Cibodas,taraaaaaa kita sampai di Telaga Biru,
kok bisa? Ya emang bisa! Kalo dimata saya nih, telaga nya warna nya biru, semi
kehijauan, dari yang saya baca dari internet nih, ini dikarenakan ditelaga ini
terdapat spesies ganggang biru, begitu. Perjalan setelah Telaga Biru ini
terdapat jembatan dari kayu, unik menurut saya, tapi tetap kami harus
berhati-hati karena licin.
AIR
TERJUN CIBEUREUM (1.675 mdpl)
Setelah
berjalan kira-kira satu jam dari Telaga Biru, ada plang bertuliskan ‘Air Terjun
Cibeureum’ dan saya perhatikan jalannya berupa jembatan dari kayu, seperti
jalur sebelum nya. Mari kita kesana! Bye-bye Mas Adit, jaga tas kami ya. Mas
Adit gak ikut kami bertamasya ke Cibereum, dia tugas jaga
tas.
Untuk menuju
Cibereum kami harus berjalan sekitar 10 menit, nah setelah itu... kami dapat
melihat air terjun yang lumayan gede dan sepertinya airnya dingin. Disana
terdapat 3 air terjun, yang paling kecil yakni yang paling kiri dari pandangan
saya. Setelah puas berfoto-foto kami balik ke lokasi dimana Mas Adit jaga tas kami, kasihan dia
kalau kita kelamaan.
CIPANAS
(2150 mdpl)
Kami berjalan
lagi, langkah kami santai. Jalur Cibodas ini mirip Lawu via Cemoro Sewu, sudah
kelihatan jalurnya, seperti tatakan watu. Hawa disini sejuk, basah, bersih,
enak rasanya. Nah, setelah ini kita lewat cipanas (karena air yang mengalir itu
panas). Saya diperingatkan Bento untuk jangan kaget apabila kaki saya terkena
airnya, tetep tenang, dan berhati-hati agar gak terpeleset.
Benar saja,
awalnya airnya hangat, makin jalan, makin deket dengan grojokanya makin panas.
Keren, batinku... Kami harus berpegangan pada tali yang ada di samping kami
untuk keamanan. Yeah, akhirnya dengan 5-10 menitan selesai juga Cipanas ini.
KANDANG
BATU (2220 mdpl)
Untuk
mencapai pos Kandang Batu kami berjalan sekitar 30-60 menit. Disini terdapat lapak
yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda serta ada sumber air.
KANDANG
BADAK (2385 mdpl)
Mendekati Kandang
Badak, kita akan mendengar suara deru air terjun yang cukup menarik dibawah
jalur pendakian. Hari sudah siang, tapi matahari tak tahu pergi kemana.
Kami sampai di Kandang Baak sekitar jam 13.30an (saya lupa). Area di Kandang
Badak ini luas, sehingga cocok sekali digunakan untuk lokasi camp. Disini ada
sumber air, jadi tidak perlu takut kehabisan air. Bagi yang akan naik ke Gede ataupun Pangrango dianjurkan sebaiknya
mengisi persediaan airnya di pos Kandang Badak, karena perjalanan berikutnya
akan susah memperoleh air. Saat kami sedang memasak tiba-tiba turun gerimis,
cepat-cepat kami memasang flysheet agar kami aman dari gerimis sehingga bisa
masak dan makan tentunya! Beberapa tenda sudah berdiri di pos kandang badak ini,
kebanyakan sih dari Jawa Barat karena saya menguping sedikit-sedikit logatnya. Hehehe.
Setelah
selesai makan, kami menyegerakan packing lagi, karena hari kian sore. Setelah
rapat kecil, kami memutuskan untuk ke Pangrango dulu, dan camp disana, karena
dengan pertimbangan pasti di Gede lebih rame. Nah besoknya baru ke Gede
(planning awal). Setelah berjalan kira-kira 10 menit kami menemui persimpangan, untuk menuju puncak Gede ambil arah ke kiri, dan untuk
menuju puncak Pangrango ambil arah kanan.
SUMMIT
ATTACK TO PANGRANGO YANG CIHUI.
Jalur untuk
ke Pangrango sumprit keren banget. Hutan nya lebat! Beberapa pohon tumbang
menghalangi jalan membuat kami kadang harus melompat atau pun merunduk. Membuat
perjalanan kami bertmbah seru.
Kata Bento
dan Joay Pangrango sudah deket. Huah... saya pengen istirahat. Lama-lama
jalurnya tambah nanjak. Capek! Terus batin saya bilang “Hei Riana! Malu tuh...
sama Mas Adit dan Joay, carrier mereka udah kayak kulkas dua pintu! Lu cuma
bawa daypack juga!”. Hahaha.
Sabar, harus
sabar. Pasti udah deket. Tuh jalan nanjaknya tinggal dikit. Tuh kan... jalan
udah datar... tuh kan bau edelweis di Mandalawangi kerasa sampai sini. Tuh
beneran tuh! Ada tugu triangulasi! Sampai puncak lu Riana!
Yeah,
akhirnya sampai, mungkin sudah sekitar pukul 17.30 karena sudah lumayan gelap. Tetapi
mendung, sehingga kami tidak dapat melihat senja kemerahan didinding-dinding
langit sore itu. Kami memutuskan untuk camp5 meter dari tugu Triangulasi.
Mandalawangi tidak nampak dari sini. Kata Mas Adit besok pagi aja main ke
Mandalawangi nya.
Kami
mendirikan 2 tenda. Tenda pertama kapasitas 4 orang dan tenda kedua kapasitas 3
orang. Tetapi tenda pertama diisi kami, meteor garden, termasuk saya sancai.
Hihihi. Kami tidur berdesak-desakan. Saya kebagian dipojok. Dingin banget... Malam itu menu kami nasi
berlaukkan bakmi goreng setelah itu kenyang lalu tidur!
26
DESEMBER 2010,MANDALAWANGI DIKALA PAGI MENYINGSING
Tidur saya
nyenyak sekali. Hingga pagi saya sudah mendengar suara beberapa orang yang
sedang bercakap-cakap. Mungkin tenda sebelah. Pagi itu mendung. Baru sebentar
saya bisa melihat pesona Gede, setelah itu dia berselimut kabut. :(
Pagi itu
adalah pagi yang akan saya ingat terus. Kami bertiga, saya, Pai, Mas Adit
berjalan-jalan ke Mandalawangi sekalian mengambil air. Indah sekali disana,
indah... jantung saya bisa berdesir seperti angin yang mendera tubuh kecil
saya. Subhanallah... inikah Mandalawangi.. Edelweis bermekaran disana-sini, ilalang
yang bergoyang diterpa sang bayu, gemericik air kecil yang mengalir menjadikan
saya berada. Mandalawangi, setelah ini saya pasti bakal kangen tempat ini.
Kami tidak
jadi main ke Gede, karena waktu sudah tidak memungkinkan. Bento dan Joay
esoknya harus bekerja. Jadi kita cukup bersantai-santai di dumb kami. Baru sekitar
jam 11 kami mulai packing. Sebelum meninggalkan Pangrango ‘yang dingin dan
sepi’ kami mengabadikan beberapa gambar.
Perjalanan
turun gunung kami diwarnai hujan, sehingga kadang kami berhenti, memasang
flysheet, dan berteduh. Setelah itu hanya gerimis kecil, dan kami nekat saja
tetap melangkahkan kaki. Sampai basecamp sudah gelap, mungkin sekitar pukul
18.30, yess... kami tidak ketinggalan laga keren, INDONESIA vs MALAYSIA!!! Kami
bersih-bersih badan kemudian membaur dengan teman-teman pendaki lain untuk
menyaksikan pertandingan sepak bola. Hahaha. Seru sekali disini!