JUM’AT, 16 September 2011
Sampai juga di gunung tertinggi
di Jawa Tengah... Planing awal saya akan treking ke Merapi. Pagi-pagi jam 6
saya sudah siap berangkat menuju Kopeng untuk menghampiri Mas Dinar. Sekitar jam 8 saya berangkat dari
Kopeng menuju Selo.
Mau ke Merapi malah jadinya ke
Slamet
JEGER!!! Sudah setengah
perjalanan menuju Selo. Entah bagaimana cerita nya yah saat itu, kami menepikan
kebo dan berdiskusi dipinggir jalan, eh... tau-tau kami memutuskan untuk ikut
ke Slamet. JEGERRR lagi. Haha... memang orang setres, kalo ga gila namanya
bukan pendaki. Hahaha. Kami balik lagi packing ulang untuk 3 hari di Slamet !!!
Transport kami menggunakan motor,
jadi saya mengajak serta si kebo. Kami berangkat dari Kopeng sekitar pukul 3
sore. Alhamdulillah perjalanan kami diberikan kelancaran. Karena kami santai
bermotoran ria nya, sampai dikota Purbalingga sudah tengah malam. Setelah itu
kami menuju desa Bambangan, untuk menemui Mas Ali dan Mas Ahmad, yang akan
menjadi tour guide kami. Jalan menuju desa Bambangan cukup membuatku bergidik
ngeri, jalan menanjak, berkelok, kabut semakin tebal saja. CLAP! Salah satu
lampu dijalan itu menyala, semoga pertanda baik. Aamiin. :)
Kami janjian dengan Mas Ahmad di
desa yang bernama Mraten (tapi Mas Juman menyebutnya Prihatin, hahaha, ngakak
gulung-gulung) letaknya setelah desa Bambangan. Nah, karena Mas Ali dan Mas
Ahmad baik hati dan tidak tegaan melihat berapa manusia sudah lelah seperti
habis nguli, kucel seperti kain pel, Mas Ali dan Mas Ahmad memperbolehkan kami untuk
beristirahat ditempatnya. Tempat singgah kami ternyata sebuah sekolah, saya
membaca SD Clekatakan (hihi, nama desa yang lucu).
SABTU, 17 September 2011
Sabtu pagi, saya keluar untuk
merasakan udara di kaki gunung Slamet. Masih berkabut dan mentari masih malu-malu. Rasanya ingin memandangi
Slamet, tapi kabut masih menyelimuti. Menu pagi ini adalah mie dan tempe goreng.
Kami menikmati sarapan diluar, sambil melihat adik-adik yang sedang berlatih
upacara untuk hari Senin. Mereka lucu-lucu sekali, masih polos, dan yang paling
saya ingat anak-anak begitu semangatnya berlatih upacara walaupun belum ada
guru yang mendampingi, sepertinya ini inisiatif mereka. Saya salut. Sembari
sarapan, beberapa dari kami menggoda adik-adik yang sedang latihan. Senangnya,
melihat pemandangan pagi itu. Nah, sekarang guru mereka sudah datang, adik-adik
memulai latihan upacara dari awal lagi.
Teman-teman berhenti deh godain anak-anak, ganti menggoda guru-guru yang masih
muda dan cantik. Dasar lelaki!
OIYA! Saya belum bercerita ya
saya bersama siapa saja dipetualangan ‘3428’ kali ini. Ada Mas Kris, Tukiyo,
Mas Parno, Mas Agus, Mas Dinar, Mas Juman sekalian Mbak Jiyem, Satriya, Mas
Ndut, Pece, Budi, Mas Ahmad dan tentunya saya, Kecrok...Hihi
Pukul 10.00 kami akan
memulai treking, tetapi sebelumnya kami
berdoa agar dalam perjalanan selalu lancar, aman, dan gak terjadi hal yang
tidak baik. Aamiin. Gunung Slamet itu beda...
Cukup jauh jalan aspal dari desa
Clekatakan sampai jalan tanah. Jalannya menanjak, sehingga membuat kami
ngos-ngosan dan membuatku mengeluarkan keringat sebesar biji jagung. Setelah
memasuki hutan pinus, kami istirahat sebentar. Kami memotong jalur, dari desa
Clekatakan yang nanti juga akan tembus dijalur Bambangan. Jalur Bambangan
adalah jalur ‘to the point’, haha tanjakan tanpa ampun. ASLI...
POS 1, PONDOK GEMBIRUNG,
MENANTI HUJAN REDA...
Sebelum sampai di pos 1 hujan
turun lumayan deras. Segarnya... merasakan beberapa tetes air hujan yang
mengalir menyusup ke mulut. Dipos 1 perut kami sudah keroncongan, hungry
mountaineer. Saatnya masak-masak taraaaa!!! Kami melanjutkan perjalanan ketika
hujan sedikit reda.
POS 2, PONDOK WALANG- POS 3,
PONDOK CEMARA
Setapak, setapak, setapak...sampai
juga dipos 2, break lagi. Tim kami tim santai, sering istirahat dan cepat lapar!
Mas Ahmad sudah diwanti-wanti untuk sabar, kami kan mau berwisata, merefresh
otak, jadi lama-lama dikit gakpapa kan mas, hihihi, padahal saya turut berlama-lama,
karena langkah kecil ini.
Berjam-jam kami menyusuri hutan
Slamet, tanjakan yang tanpa ampun, membuat otot betis kontraksi terus. Hihi,
saya kena daun api gara-gara saya menyelinap ditempat aman (yang ternyata gak
aman) untuk buang air kecil. Uhh, kaki saya langsung bentol-bentol plus rasa gatel
pengen garuk-garuk.
Pohon-pohon menjulang tinggi,
rata-rata berdiameter kurang lebih setengah – satu meter, berakar kuat
menjalar, berlumut, menandakan pohon itu sudah hidup entah puluhan tahun atau
ratusan tahun lalu, mungkin saya belum menghembuskan nafas pertama didunia ini
pohon itu sudah ada.
POS 4, PONDOK SAMARANTU,
BINTANG TERSEBAR DIANGKASA
Di imajinasiku, Samarantu adalah
sebuah tempat yang tenang dan indah. Memang. Sampai di Samarantu sudah gelap.
Rasanya campur aduk. Emm, tenang, sunyi, sedikit merinding juga, tapi saya
lebih memilih bersandar dipohon dan mendongak keatas, melihat bintang serta
bersyukur pada Sang Pencipta.
Aku lelah berjalan di medan
miring di tengah terkaman hutan dengan berat beban dipunggung
yang semakin berat, tapi ada satu hal yg membuatku semangat untuk tetap
konsisten pada kondisi itu ,aku kedinginan didalam terpaan angin yang semakin dingin
ke dalam rusuk ,tapi ada sesuatu yang selalu menghangatkan ku. ‘Samarantu’ diatas
ketinggian 2000 mdpl lebih menyadarkan aku, bahwa kamu yg selama ini datang membawa
semangat dan kehangatan untuk hidupku,
POS 5, SAMYANG RANGKAH,
KEMBANGKAN DUMB!
Sambil menunggu adzan isya selesai
berkumandang kami melanjutkan perjalanan menuju pos 5. Kami akan mendirikan
dumb di pos 5 untuk bermalam. Sampai di pos 5 “Brooookkk” saya menjatuhkan
badan saya ke tanah. Slamet tanpa ampun... Malam ini menu nya beda. Sedikit
elite. Yap! Spagetti. Suapan pertama uenak, kedua enak, ketiga enak sih,
keempat mulai enek, kelima saya bilang saya sudah kenyang abang!
Sebelum semua istirahat, kami
membuat planning untuk besok, planning nya kita berangkat pagi-pagi sekitar jam
4. Lalu kami semua bergegas tidur. Selang beberapa jam saya tidur, kemudian
saya mengigo (ngelindur), marah-marah, dan yang menjadi korban adalah orang
yang memilih tidur disebelah saya,hahaha. Mana pake acara ngelepas jaket, untung
gak sampai melepas baju. Hahaha.
MINGGU, 18 SEPTEMBER 2011
Pagi-pagi saya malas beranjak,
teman-teman sudah mulai bersiap. Pagi itu kami berangkat sekitar jam 5 pagi. Mas
Agus, Mas Dinar, dan Mas Parno masih terlelap, mereka akan treking puncak setelah
matahari muncul. Saya ikut team pertama. Hahaha, tetap saja, baru jalan
setengah jam saya sudah mutah-mutah. Tapi setelah muntah-muntah malah sehat dan
siap menggapai puncak impian. Dengan langkah sabar mas Kris dan Tukiyo menunggu.
POS 7, PONDOK SYAMYANG KENDIT, BINTANG RAKSASA...
Bintang raksasa itu mulai
muncul dari ufuk timur, ya sunrise yang hangat...
POS 8 – POS 9 (PLAWANGAN) –
PUNCAK
Tanjakan semakin kejam, pos 9
adalah batas vegetasi, setelah itu trek yang kita lalui berbatu, berkerikil. Daerah ini sering disebut kawasan
batu merah. Terjal, tapi semangat Mas Ahmad yang berada didepanku sepertinya
teradiasi pada diriku. Alhamdulillah, setelah berjuang melawan rasa lelah,
frustasi, pikiran negativ, akhirnya kaki ini sampai juga dipuncak. Sungguh
indah puncak Slamet, tak terasa ketika saya duduk terdiam memandangi kawah yang
mengeluarkan asap putih mata ini menitikkan air mata. Rasanya tidak percaya,
tidak ada alasan manusia bisa sombong lagi melihat ini semua, merasakan ini semua.
Subhanallah...
Thanks to :
Allah SWT
Ibu Isroh dan Bapak Aan
Teman-teman et brother’s dan
trisala
Mas Ali dan Mas Ahmad
Abang :)
Samarantu yang indah...