Pages

Kamis, 25 Agustus 2011

belajar dari ‘Veta’ dan ‘Kebo’ yang saling menjaga

Hari ini saya menemani abang manggung. Yeah, ada event anak-anak slankers di Magelang. Tepatnya di Krincing, kata abang. 

Akhirnya anaphalis manggung, yah... anaphalis itu berasal dari bahasa Yunani yang artinya edelweis, bunga abadi tapi anaphalis itu juga wadah pemuda slanker-slanky Kopeng yang punya seni dan hebat.

Pulangnya saya mampir dikediaman abang diKopeng, hmmm... Kopeng memang dingin, tapi banyak yang saya suka :).

Waktu sudah menunjukan jam 19.00, tapi saya belum pulang juga. Kami ingin menunggu ibuk abang pulang dulu. Eh, alhamdulillah... dibawain nasi goreng buatan ibu (plus ada ‘cacing laut’, udang galah, ipin upin, yang tahu hanya kami, hahaha), enak sekali. Ditengah keluarga berbincang-bincang, hangat sekali rasanya.

Jam 20.30an saya dan abang berpamitan pada bapak-ibu-nya untuk pulang, sedangkan abang juga berpamitan untuk berangkat ke Semarang karena keesokan harinya harus bekerja.


Lampu kebo mati, lampu veta redup sudah, rem veta senin kamis, mataku perih, ngantuk, abang capek, nggreges... Yah, serentetan keluhan dari saya, abang, veta dan kebo. Jalan dari Kopeng-Salatiga kadang ada lampu, kadang gelap sekali, ditambah lagi saya minus, apalagi malam huh... jarak pandang saya berkurang. Huh, serba pelan-pelan. Abang dan veta didepan, saya dan kebo menngekor di belakang. Hehehe. Tiap gelap gulita abang nerangin jalan pake senternya, makasih ya bang! Hehehe. Tiap saya dan kebo jauh dibelakang, abang dan veta dengan sabar nunggu.

Senang sekali malam ini bergelap-gelapan dengan kalian bertiga...
:)