Mimpi
kami berdelapan, mungkin sebenarnya mimpi dari banyak orang…
Ya...
Mahameru,
Jauh-jauh
hari kami berdelapan… Saya, Mas Kris, Nopek, Mas Agus, Mas Dinar, Mas Jeny, Mas Parno, dan Mas Leo, sudah
membuat planning untuk
jalan-jalan ke Gunung Semeru, tanah tertinggi di pulau Jawa. Sebenarnya tidak hanya berdelapan, tapi beberapa
orang tidak jadi ikut, jadilah kami berdelapan. Yah, saya beruntung lagi, wanita sendiri dan dikawal 7 orang
pria. Hehehe.
Saya pribadi punya mimpi yang guedeeee banget untuk kesana. Ya... ke Mahameru...
Seminggu
sebelum hari H, kami berkumpul di kos-an Mas Kris, ngopi sambil dengerin campursari nya Mas Didi
Kempot, kami berdiskusi masalah nama tim. Angot-angotan 1-2 jam memeras otak
demi nyari nama tim yang oke.
Tralalalaa...
et’ Broter’s... nama itu sudah deal. Expedition Team Bromo Tengger
Semeru.
Rencana
kami juga sudah cukup matang mengenai transportasi, dana, pembelian logistik
tim, menejemen perjalanan, dll yang sudah kami bicarakan sebelumnya.
14 Juni 2011
Rasanya
hari Selasa puanjaaaaang sekali, logistik dan perlengkapan untuk pendakian
sudah saya siapkan kemarin, sebenarnya hari ini saya ingin tidur saja. Huh...!
Tidak bisa, pikiran saya sudah sampai Semeru duluan rupanya! :D
Akhirnya
tiba juga. Seusai sholat magrib saya berpamitan kemudian berangkat. Kami semua
berkumpul dikosan Mas Agus. Kemudian setengah 8 malam kami berangkat menuju
terminal Tingkir, karena memang rencanaya kami transit ke Malang menggunakan
bis, tiket juga sudah kami pesan sebelumnya.
Alhamdulillah,
yang ditunggu-tunggu datang juga. Hehehe. Dibis kami terpisah, Mas Kris,
Nopek, Mas Leo, dan Mas Jeni di bagian depan. Sedangkan saya, Mas Dinar, Mas
Agus, dan Parno di bagian belakang. Kami berempat dibelakang malah dicurhati
colongan oleh Mas Agus, hahaha. Setelah sesi curhat selesai kami memutuskan
untuk tidur agar fisik kami tetap oke. Selamat tidur saudara!
15 Juni 2011
Saya
dibangunkan bapak-bapak sebelah saya, “Mbak, Mas, kontrake wis entek..”. Saya
terbangun lalu tersenyum mendengar kata-kata bapak tersebut, maksud si bapak bis
itu sudah sampai di Arjosari. Masih subuh rupanya. Kami
keluar dari kawasan terminal menuju jalan raya untuk mencari angkutan menuju
Tumpang.
Insiden
yang bikin jantung bergidik ngeri, hahaha...
Pagi
ini hampir saja terjadi insiden pertumpahan darah. Hahaha. Gini ceritanya...
Ada
bapak-bapak, sebut saja Cak A (kita diMalang men!). Cak A menawarkan untuk
mengantar kami ke Tumpang dengan ongkos Rp 10.000,00 per orang, mahal! Soalnya
kami juga sudah mencari info Arjosari-Tumpang tarifnya hanya Rp 5000,00 per orang. Lalu
kami menolak dan kami mampir ke warung terdekat mencari teh anget atau kopi.
Cak A masih saja ngeyel menawarkan jasa angkutan nya.
“Arep
ning Tumpang dik?”
“Mengko
cak meh golek anget-anget sek.”
“Ayo
tak terke ning Tumpang, sepuluh ewu wae sak wong.”
“Sek
cak, meh golek anget-anget sek kok!”
“Tak
terke tekan omahe, ora tekan pasar tok!”
Kami
tetep ngopi, gak jawab tawaran si cak A yang sebenernya itu PENOLAKAN HALUS!!
Huh.
Beberapa
saat kemudian datang bapak-bapak yang sangat baik, sabar, berbesar hati, sebut
saja cak B. Dia juga sopir angkutan. Dia menawarkan untuk mengantar kami sampai
ke Tumpang dengan harga Rp 5.000,00 per orang. Mulai panas nih suasananya. Cak
A bersikukuh mau mengantar kami dengan budget Rp 10.000,00 padahal saya tekankan disini
kami belum deal, eh cak A bilang kami sudah deal. Makin lama makin ganas cak A mencerca
cak B, cak B yang gak tau apa-apa malah kena omel. Huh! Ujung-ujungnya duit (bener
kata Slank). Hahaha. Saya menilik wajah temanku satu persatu, semuanya tegang,
hahaha.
Yang
tadinya baru kenal jadi akrab
Saya
dan Mas Leo mendapat giliran menjaga peralatan tempur kami. Yang lain pada
belanja logistik untuk tim. Awalnya saya dan Mas Leo kaku, tapi emang dasarnya
saya suka nanya mulu, akhirnya hilang juga kekakuan kami berdua. Nun jauh disana, mata saya menangkap sebuah pemandangan,
yaaa... Gunung Semeru merona kemerahan diterpa sang mentari, terlihat sedikit
asap mengepul luapan dari Semeru.
Setelah
selesai melengkapi logistik, tak lama kemudian Cak Rudi datang dengan jeep four
wheels nya. Iya, sebelum hari H kami sudah memesan Cak Rudi sepaket dengan jeep nya
untuk paket wisata Bromo Tengger Semeru. Cielah gaya benerrr!
Ranu Pani dan Cak Rudi
Perjalanan
ke Ranu Pane seru sekali... :) . Awalnya aman-aman saja, jalan masih baik, kami
juga melewati kebun apel. Habis itu, behhh... bisa terkoyak-koyak di atas jeep,
seperti naik rodeo. Selain itu jalan juga berdebu, membuat penampilan kami
seperti gembel seminggu. Asik sekali! Yang paling keren ketika kami melihat
disisi kiri kami ada Bromo. Selain itu juga ada Semeru yang semakin dekat saja.
Setelah kira-kira 2 jam perjalanan dari Tumpang, kami sampai juga di Ranu Pani.
Sampai Ranu Pani kami bertemu beberapa orang dari Ring of Fire. Sampai diRanu Pani saya lekas mengeluarkan peralatan mandi saya, dan bergegas untuk mandi. Oiya, saya sempat berjalan-jalan disekitar Ranu Regulo juga loh... Sebelum mulai Treking kami mampir ke warung untuk mengisi perut. Yang mantep itu kopi nya, masih kasih kasar, gak halus seperti kopi-kopi instan. Selesai makan saya bertemu seorang anak keturunan Tengger bernama Muhammad beserta ibunya. Hihihi... lucu sekali anak itu.
“Mbak’e yang sabar ya mbak...”
Sekitar
jam 10an kami bersiap untuk Treking, kami berpamitan dengan Mas-mas yang
berasal dari Jogja. Pesan Mas-mas itu untukku sederhana dan selalu kuingat “Mbak’e yang sabar ya mbak” sambil senyum dan
menjabat tanganku dengan kuat. Bismillah... Perjalanan kami penuh gurauan
sehingga tidak membosankan, karena tim kami adalah tim penggembira, apalagi Mas
Parno itu, wah jan marai geli...
Selamat datang di Ranu Kumbolo
Selamat datang di Ranu Kumbolo
Bukit,
bukit lagi, mana sih si Ranu Kumbolo??? Berjalan terus, berjalan naik, keringat
menetes...
JEGER!!!
Subhanallah, surga biru itu indaaaaah bangeeet. Mataku terpaku kepada danau
yang sangat luas itu. Hiks, akhirnya mimpiku jadi nyata... Disini damai, hijau, cantik, indah...
Rembulan Malam Di Ranu Kumbolo
Cepatnya
waktu bergulir, tak terasa sudah gelap. Kami memasak dan membuat kopi, spesial
nya, kami makan ditepi Ranu Kumbolo bersama nyala api unggun. Gurauan antara
satu dengan yang lain membuat suasana hangat, dingin pun kalah. Kami menikmati
malam ditepi Ranu Kumbolo, di bawah pantulan sinar rembulan dan main
‘jujur-jujuran’. Hahaha. Semua rata-semua sama-semua kena. Malam yang tak
pernah saya lupakan dan selalu saya rindukan bersama et broter’s.
16 Juni 2011
Sunrise Kumbolo
Pagi
sekali sebelum matahari muncul, kami sudah nongkrong dipinggir danau. Mas Dinar
membuatkan kami jamu kuat ala dia, kasiatnya tak perlu ditanya. Hihihi. Gula
jawa, kayu manis, cengkeh, jahe, diseduh jadi satu. Pagi-pagi kami udah bikin
rame. Mas agus copot-copot terus renang cuma pake underware! Padahal dinginnya
rek! Tapi demi cinta...hahaha. Saya sendiri jatuh cinta, pada ranu kumbolo dan...
Tanjakan cintroooong
Tanjakan cintroooong
Mumpung di Ranu Kumbolo, dilama-lamain deh disini. Kami melanjutkan perjalanan siang nanti. Menu siang ini menggoda, pecel, ikan goreng hasil bumi yang mini, dan roti bakar. Yummy. Rencana siang ini kami melanjutkan perjalanan kami sampai Arcopodo. Bersedia, siap, yak! Kami packing dan berangkat. Menyusuri jalan datar kemudian... Tanjakan Cinta... Hahaha. Saya? Iyalah... tentu saja saya membatin sesuatu. J
Hore! Semeru menyabut kami di oro-oro ombo
Sampai
pada padang ilalang yang sangat luas bernama Oro-oro ombo. Perjalanan kami lebih
istimewa lagi karena kami disambut suara menggelegar. Kita bersorak. Semeru
menyambut!!!
Sumber
kehidupan, sumber mani
Sampai
diKalimati sudah pukul 4 sore. Huft hah... lumayan tracking hari ini. Saya, Mas Kris, dan Nopek ditugaskan mengambil
air di Sumber Mani. Letaknya setengah jam dari Kalimati.
Malam
mencekam di Kalimati
Setelah
diskusi sambil menikmati mie, kami memutuskan untuk mendirikan dumb di Kalimati
saja, karena tenaga kami juga sudah cukup terkuras. Malam di Kalimati, kami
menghangatkan badan di sekeliling api unggun. Sembari membuat planning untuk
‘Mahameru’. Rencananya kami berangkat tengah malam. Untuk menyiapkan stamina
demi menggapai puncak abadi, satu persatu dari kami memasuki tenda untuk
beristirahat. Ditenda kami belum sepenuhnya tidur. Karena terdengar ‘BUMMM
BUMMM BUMMM’. Yang ada dikepalaku ada raksasa diKalimati sedang berjalan-jalan,
ah tapi setelah dipikir lagi itu paling perut bumi sedang beraktivitas.
Ditambah lagi diluar seperti ada langkah orang walaupun pelan tapi terdengar. Tapi
ketika salah satu dari kami menyapa dari dalam tenda tidak ada yang menjawab.
Mas Dinar dan Mas Agus menambah-nambahi ini hari Jum’at dan ketika menghitung suara ‘BUMMM BUMMM BUMMM’
tadi mendapati angka ganjil. Saya ikutan paranoid. Gak hanya saya ding. Hahaha.
Akhirnya biar mantap kami keluar dari tenda. Tapi kami mendapati tidak ada
apa-apa. Hahaha. Suara ‘BUMMM BUMMM BUMMM’ itu suara dari perut bumi,
Gunung Semeru. Saya berlari ke tanah lapang di Kalimati, mencari sesuatu, ya... benda bulat sempurna dan bersinar, supermoon.
17 Juni 2011
17 Juni 2011
Makanan
yang asin meningkatkan energi?
23.00,
jam segini sudah ada yang bangun dan masak. Mas Juman yang sedang masak rupanya.
Hahaha. Tapi masakannya asin, kata dia sih biar kuat nanti muncaknya. Tenda dan
barang-barang yang tidak diperlukan kami tinggal didalam tenda. Kami hanya
membawa barang penting seperti jaket, kacamata,slayer, kamera, dompet,
logistik, air.
Gonta-ganti
nama
Ohya,
nama kami masing-masing bisa berubah gara-gara pelopornya Mas Parno. Mas Jeny
bisa jadi Juman Gondes (jujur mantap gondrong deso) soalnya dia emang orangnya
jujur banget, gondrong, tinggal di desa Pingit. Mas Agus jadi Sastro Tangki,
soalnya dia yang ngangkut air paling banyak. Mas Parno jadi Temin, ini
gara-gara bercandaan soal monyet kayaknya. Mas Dinar jadi Harjo Ceki, gak tau
alasanya kenapa, mirip kepala desa mungkin. Mas leo jadi Tukiyo, karena manggil
Leo jadi ‘Yo’ diplesetin jadi Tukiyo. Si Nopek jadi Pawit Gupak, saya gak tahu
alasannya. Mas Kris jadi Giyono Ngik kenapa ya? Dan saya? Bisa jadi Marni
Semprong!!!
Go
to top mountain diwarnai salah jalur, nyasar jurang, mountain sickness
Dari
Kalimati saja kami sudah salah jalur. Pantesan, di jalur yang kami lewati sedari
tadi tak ada tanda jalur. Tapi kami kepedean lanjut terus. Baru berjalan
sekitar 1-2 jam kepala saya sudah pusing, perut mual, dan mau muntah rasanya. HOEKKK. Cairan asam keluar dari mulut saya, huh!
Supermoon menemani perjalanan menuju Mahameru, jalan yang kami lalui jadi lebih terang. Kami tetap lanjut saja karena jauh disebelah
kanan atas ada cahaya senter, mungkin itu Arcopodo. Yang paling seru kami
melewati jalan setapak kecil dengan jurang dikanan kiri kami, sampai-sampai
kami berjalan jongkok. Tidak hanya itu kami juga harus bergelantungan dengan
tali untuk turun-naik medan.
Bener-bener
gila
Akhirnya
ketemu jalur yang bener. Kami sudah sampai dibatas vegetasi, atas Arcopodo.
Cihuy, kapan lagi mainan pasir sebanyak ini. Benar-benar harus extra
sabar! Maju tiga langkah mlorot 1 langkah. Begitu terus rumusnya +3 -1 (kalo +
nya lebih banyak sih good job!). Saya hampir sering frustasi, karena sudah
surise tapi belum sampai puncak, tapi saya ingat harus konsisten.
kaki
yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,
tangan
yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
mata
yang akan menatap lebih lama dari biasanya,
lapisan
tekad yg seribu kali lebih keras dari baja,
dan
hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya,
Tinggal
sisa-sisa tenaga, didepan mata sudah tanah datar yang luas, tapi langkah
semakin lemah, akhirnya saya ditarik Mas Dinar, patner yang sabar menunggui
saya. Hahaha. Sampai juga di Mahameru, sujud sukur kepada Allah SWT. Akhirnya
jadi satu-satu nya higest women in Java :P paling gak pagi ini. Seperti ada
suntikan semangat setelah itu. Hehehe. Tukiyo belum sampai juga, akhirnya dia
ditarik oleh teman-teman yang lain. Seperti kesetanan sampai dipuncak Tukiyo berpose
segala gaya di setiap sudut Mahameru. ‘BUMMM
BUMMM BUMMM’. Kawah Jonggring Saloka memuntahkan awan hitam panas yang makin
lama makin naik membesar. Saat itu menunjukkan 08.15. Hahaha. Kami semua berhamburan. Semeru menghadiahi
banyak hal yang ajaib untuk kami, et broter’s.
Satu
malam lagi yah Kumbolo
Turun
dari Mahameru kami tidur siang di Kalimati. Sorenya kami tancap ke Ranu
Kumbolo. Sampai Ranu Kumbolo sudah gelap, seperti biasanya, kami mendirikan
dumb dan beristirahat. Yang berkesan kami bisa berkenalan dan mengobrol panjang
lebar dengan Om Don Hasman, lelaki berumur 71 tahun yang sudah lama menggeluti
bidang jepret menjepret (fotografi), salut saya, beliau kesini dalam rangka mau
mengambil gambar moment seorang teman (pendaki) yang besok menikah disini,
tepatnya pemberkatan nya di Mahameru. Kami juga berkenalan dengan teman Om Don,
Mas Ray, juga arek-arek dari Surabaya. Jadi kangen... Rame-rame kita dengerin
Om Don dengan segala pengalamannya, beliau selalu cerita dengan serunya, makan
bareng di shelter...
18 Juni 2011
Nyemplung
Siang-siang
saya mandi di Ranu Kumbolo... Hahaha... Senangnya...
Say
good Bye to Semeru, see u again kumbolo ku
Selepas
senja kami dengan berat hati meninggalkan Ranu Kumbolo. Pasukan kami bertambah
dua orang yaitu Mbak Anik dan Mbak Irma, mereka mau bareng sampai di Malang.
Kembali keperadaban.
Bromo kayak padang pasir ajaaaa...
Paginya
dari Ranu Pani, kami semua langsung tancap ke Bromo, cak Rudi sudah siap, tentu
saja dengan jeep nya! Mbak Irma dan Mbak Anik tentu saja kami culik, makin rame makin
asik. Hehehe.
Bakso malang juga jangan lupa !
Bakso malang juga jangan lupa !
Tut
tut tut ejes ejes ejes
Setelah
dari Bromo kami mampir di pemandian (kolam renang umum) karena bentuk kami
sudah tak karuan. Hahaha, katanya mirip beruk. Setelah itu perpisahan kami
dengan Mbak Anik dan Mbak Irma, distasiun Malang kami harus mencari tiket untuk
ke Semarang. Dikereta? Duduk diantara gerbong, di depan WC, tidur bersandar
bergantian.
7
hari bersama 7 kawan et broter’s di Semeru, hari-hari yang penuh keajaiban,
hah... selalu rindu... sampai bertemu lagi di petualangan selanjutnya. Miss u
guys...