Pages

Rabu, 16 Mei 2012

08.15

Semua berawal dari sebuah mimpi yang sangat indah dan berani...
Mimpi kami berdelapan, mungkin sebenarnya mimpi dari banyak orang…
Ya... Mahameru,

Jauh-jauh hari kami berdelapan… Saya, Mas Kris, Nopek, Mas Agus, Mas Dinar, Mas Jeny, Mas Parno, dan Mas Leo, sudah membuat planning untuk jalan-jalan ke Gunung Semeru, tanah tertinggi di pulau Jawa. Sebenarnya tidak hanya berdelapan, tapi beberapa orang tidak jadi ikut, jadilah kami berdelapan. Yah, saya beruntung lagi, wanita sendiri dan dikawal 7 orang pria. Hehehe.


Saya pribadi punya mimpi yang guedeeee banget untuk kesana. Ya... ke Mahameru... 

Seminggu sebelum hari H, kami berkumpul di kos-an Mas Kris,  ngopi sambil dengerin campursari nya Mas Didi Kempot, kami berdiskusi masalah nama tim. Angot-angotan 1-2 jam memeras otak demi nyari nama tim yang oke.

Tralalalaa... et’ Broter’s... nama itu sudah deal. Expedition Team Bromo Tengger Semeru.

Rencana kami juga sudah cukup matang mengenai transportasi, dana, pembelian logistik tim, menejemen perjalanan, dll yang sudah kami bicarakan sebelumnya.

14 Juni 2011

Rasanya hari Selasa puanjaaaaang sekali, logistik dan perlengkapan untuk pendakian sudah saya siapkan kemarin, sebenarnya hari ini saya ingin tidur saja. Huh...! Tidak bisa, pikiran saya sudah sampai Semeru duluan rupanya! :D

Akhirnya tiba juga. Seusai sholat magrib saya berpamitan kemudian berangkat. Kami semua berkumpul dikosan Mas Agus. Kemudian setengah 8 malam kami berangkat menuju terminal Tingkir, karena memang rencanaya kami transit ke Malang menggunakan bis, tiket juga sudah kami pesan sebelumnya.

Alhamdulillah, yang ditunggu-tunggu datang juga. Hehehe. Dibis kami terpisah, Mas Kris, Nopek, Mas Leo, dan Mas Jeni di bagian depan. Sedangkan saya, Mas Dinar, Mas Agus, dan Parno di bagian belakang. Kami berempat dibelakang malah dicurhati colongan oleh Mas Agus, hahaha. Setelah sesi curhat selesai kami memutuskan untuk tidur agar fisik kami tetap oke. Selamat tidur saudara!

15 Juni 2011

Saya dibangunkan bapak-bapak sebelah saya, “Mbak, Mas, kontrake wis entek..”. Saya terbangun lalu tersenyum mendengar kata-kata bapak tersebut, maksud si bapak bis itu sudah sampai di Arjosari. Masih subuh rupanya. Kami keluar dari kawasan terminal menuju jalan raya untuk mencari angkutan menuju Tumpang.

Insiden yang bikin jantung bergidik ngeri, hahaha...

Pagi ini hampir saja terjadi insiden pertumpahan darah. Hahaha. Gini ceritanya...

Ada bapak-bapak, sebut saja Cak A (kita diMalang men!). Cak A menawarkan untuk mengantar kami ke Tumpang dengan ongkos Rp 10.000,00 per orang, mahal! Soalnya kami juga sudah mencari info Arjosari-Tumpang tarifnya hanya Rp 5000,00 per orang. Lalu kami menolak dan kami mampir ke warung terdekat mencari teh anget atau kopi. Cak A masih saja ngeyel menawarkan jasa angkutan nya.

“Arep ning Tumpang dik?”
“Mengko cak meh golek anget-anget sek.”
“Ayo tak terke ning Tumpang, sepuluh ewu wae sak wong.”
“Sek cak, meh golek anget-anget sek kok!”
“Tak terke tekan omahe, ora tekan pasar tok!”

Kami tetep ngopi, gak jawab tawaran si cak A yang sebenernya itu PENOLAKAN HALUS!! Huh.

Beberapa saat kemudian datang bapak-bapak yang sangat baik, sabar, berbesar hati, sebut saja cak B. Dia juga sopir angkutan. Dia menawarkan untuk mengantar kami sampai ke Tumpang dengan harga Rp 5.000,00 per orang. Mulai panas nih suasananya. Cak A bersikukuh mau mengantar kami dengan budget Rp 10.000,00 padahal saya tekankan disini kami belum deal, eh cak A bilang kami sudah deal. Makin lama makin ganas cak A mencerca cak B, cak B yang gak tau apa-apa malah kena omel. Huh! Ujung-ujungnya duit (bener kata Slank). Hahaha. Saya menilik wajah temanku satu persatu, semuanya tegang, hahaha.

Yang tadinya baru kenal jadi akrab

Saya dan Mas Leo mendapat giliran menjaga peralatan tempur kami. Yang lain pada belanja logistik untuk tim. Awalnya saya dan Mas Leo kaku, tapi emang dasarnya saya suka nanya mulu, akhirnya hilang juga kekakuan kami berdua.  Nun jauh disana, mata saya menangkap sebuah pemandangan, yaaa... Gunung Semeru merona kemerahan diterpa sang mentari, terlihat sedikit asap mengepul luapan dari Semeru.

Setelah selesai melengkapi logistik, tak lama kemudian Cak Rudi datang dengan jeep four wheels nya. Iya, sebelum hari H kami sudah memesan Cak Rudi sepaket dengan  jeep nya untuk paket wisata Bromo Tengger Semeru. Cielah gaya benerrr!



Ranu Pani dan Cak Rudi

Perjalanan ke Ranu Pane seru sekali... :) . Awalnya aman-aman saja, jalan masih baik, kami juga melewati kebun apel. Habis itu, behhh... bisa terkoyak-koyak di atas jeep, seperti naik rodeo. Selain itu jalan juga berdebu, membuat penampilan kami seperti gembel seminggu. Asik sekali! Yang paling keren ketika kami melihat disisi kiri kami ada Bromo. Selain itu juga ada Semeru yang semakin dekat saja. Setelah kira-kira 2 jam perjalanan dari Tumpang, kami sampai juga di Ranu Pani.



Sampai Ranu Pani kami bertemu beberapa orang dari Ring of Fire. Sampai diRanu Pani saya lekas mengeluarkan peralatan mandi saya, dan bergegas untuk mandi. Oiya, saya sempat berjalan-jalan disekitar Ranu Regulo juga loh... Sebelum mulai Treking kami mampir ke warung untuk mengisi perut. Yang mantep itu kopi nya, masih kasih kasar, gak halus seperti kopi-kopi instan. Selesai makan saya bertemu seorang anak keturunan Tengger bernama Muhammad beserta ibunya. Hihihi... lucu sekali anak itu. 




“Mbak’e yang sabar ya mbak...”

Sekitar jam 10an kami bersiap untuk Treking, kami berpamitan dengan Mas-mas yang berasal dari Jogja. Pesan Mas-mas itu untukku sederhana dan selalu kuingat  “Mbak’e yang sabar ya mbak” sambil senyum dan menjabat tanganku dengan kuat. Bismillah... Perjalanan kami penuh gurauan sehingga tidak membosankan, karena tim kami adalah tim penggembira, apalagi Mas Parno itu, wah jan marai geli...


Selamat datang di Ranu Kumbolo

Bukit, bukit lagi, mana sih si Ranu Kumbolo??? Berjalan terus, berjalan naik, keringat menetes...
JEGER!!! Subhanallah, surga biru itu indaaaaah bangeeet. Mataku terpaku kepada danau yang sangat luas itu. Hiks, akhirnya mimpiku jadi nyata... Disini damai, hijau, cantik, indah... 





Rembulan Malam Di Ranu Kumbolo

Cepatnya waktu bergulir, tak terasa sudah gelap. Kami memasak dan membuat kopi, spesial nya, kami makan ditepi Ranu Kumbolo bersama nyala api unggun. Gurauan antara satu dengan yang lain membuat suasana hangat, dingin pun kalah. Kami menikmati malam ditepi Ranu Kumbolo, di bawah pantulan sinar rembulan dan main ‘jujur-jujuran’. Hahaha. Semua rata-semua sama-semua kena. Malam yang tak pernah saya lupakan dan selalu saya rindukan bersama et broter’s.

16 Juni 2011


Sunrise Kumbolo

Pagi sekali sebelum matahari muncul, kami sudah nongkrong dipinggir danau. Mas Dinar membuatkan kami jamu kuat ala dia, kasiatnya tak perlu ditanya. Hihihi. Gula jawa, kayu manis, cengkeh, jahe, diseduh jadi satu. Pagi-pagi kami udah bikin rame. Mas agus copot-copot terus renang cuma pake underware! Padahal dinginnya rek! Tapi demi cinta...hahaha. Saya sendiri jatuh cinta, pada ranu kumbolo dan...




Tanjakan cintroooong


Mumpung di Ranu Kumbolo, dilama-lamain deh disini. Kami melanjutkan perjalanan siang nanti. Menu siang ini menggoda, pecel, ikan goreng hasil bumi yang mini, dan roti bakar. Yummy. Rencana siang ini kami melanjutkan perjalanan kami sampai Arcopodo. Bersedia, siap, yak! Kami packing dan berangkat. Menyusuri jalan datar kemudian... Tanjakan Cinta... Hahaha. Saya? Iyalah... tentu saja saya membatin sesuatu.   J






Hore! Semeru menyabut kami di oro-oro ombo

Sampai pada padang ilalang yang sangat luas bernama Oro-oro ombo. Perjalanan kami lebih istimewa lagi karena kami disambut suara menggelegar. Kita bersorak. Semeru menyambut!!!

Sumber kehidupan, sumber mani

Sampai diKalimati sudah pukul 4 sore. Huft hah... lumayan tracking hari ini. Saya, Mas Kris, dan Nopek ditugaskan mengambil air di Sumber Mani. Letaknya setengah jam dari Kalimati.

Malam mencekam di Kalimati

Setelah diskusi sambil menikmati mie, kami memutuskan untuk mendirikan dumb di Kalimati saja, karena tenaga kami juga sudah cukup terkuras. Malam di Kalimati, kami menghangatkan badan di sekeliling api unggun. Sembari membuat planning untuk ‘Mahameru’. Rencananya kami berangkat tengah malam. Untuk menyiapkan stamina demi menggapai puncak abadi, satu persatu dari kami memasuki tenda untuk beristirahat. Ditenda kami belum sepenuhnya tidur. Karena terdengar ‘BUMMM BUMMM BUMMM’. Yang ada dikepalaku ada raksasa diKalimati sedang berjalan-jalan, ah tapi setelah dipikir lagi itu paling perut bumi sedang beraktivitas. Ditambah lagi diluar seperti ada langkah orang walaupun pelan tapi terdengar. Tapi ketika salah satu dari kami menyapa dari dalam tenda tidak ada yang menjawab. Mas Dinar dan Mas Agus menambah-nambahi ini hari Jum’at dan  ketika menghitung suara ‘BUMMM BUMMM BUMMM’ tadi mendapati angka ganjil. Saya ikutan paranoid. Gak hanya saya ding. Hahaha. Akhirnya biar mantap kami keluar dari tenda. Tapi kami mendapati tidak ada apa-apa. Hahaha. Suara ‘BUMMM BUMMM BUMMM’ itu suara dari perut bumi, Gunung Semeru. Saya berlari ke tanah lapang di Kalimati, mencari sesuatu, ya... benda bulat sempurna dan bersinar, supermoon. 


17 Juni 2011
Makanan yang asin meningkatkan energi?

23.00, jam segini sudah ada yang bangun dan masak. Mas Juman yang sedang masak rupanya. Hahaha. Tapi masakannya asin, kata dia sih biar kuat nanti muncaknya. Tenda dan barang-barang yang tidak diperlukan kami tinggal didalam tenda. Kami hanya membawa barang penting seperti jaket, kacamata,slayer, kamera, dompet, logistik, air.

Gonta-ganti nama

Ohya, nama kami masing-masing bisa berubah gara-gara pelopornya Mas Parno. Mas Jeny bisa jadi Juman Gondes (jujur mantap gondrong deso) soalnya dia emang orangnya jujur banget, gondrong, tinggal di desa Pingit. Mas Agus jadi Sastro Tangki, soalnya dia yang ngangkut air paling banyak. Mas Parno jadi Temin, ini gara-gara bercandaan soal monyet kayaknya. Mas Dinar jadi Harjo Ceki, gak tau alasanya kenapa, mirip kepala desa mungkin. Mas leo jadi Tukiyo, karena manggil Leo jadi ‘Yo’ diplesetin jadi Tukiyo. Si Nopek jadi Pawit Gupak, saya gak tahu alasannya. Mas Kris jadi Giyono Ngik kenapa ya? Dan saya? Bisa jadi Marni Semprong!!!   

Go to top mountain diwarnai salah jalur, nyasar jurang, mountain sickness

Dari Kalimati saja kami sudah salah jalur. Pantesan, di jalur yang kami lewati sedari tadi tak ada tanda jalur. Tapi kami kepedean lanjut terus. Baru berjalan sekitar 1-2 jam kepala saya sudah pusing, perut mual, dan mau muntah rasanya. HOEKKK. Cairan asam keluar dari mulut saya, huh! Supermoon menemani perjalanan menuju Mahameru, jalan yang kami lalui jadi lebih terang. Kami tetap lanjut saja karena jauh disebelah kanan atas ada cahaya senter, mungkin itu Arcopodo. Yang paling seru kami melewati jalan setapak kecil dengan jurang dikanan kiri kami, sampai-sampai kami berjalan jongkok. Tidak hanya itu kami juga harus bergelantungan dengan tali untuk turun-naik medan.

Bener-bener gila

Akhirnya ketemu jalur yang bener. Kami sudah sampai dibatas vegetasi, atas Arcopodo. Cihuy, kapan lagi mainan pasir sebanyak ini. Benar-benar harus extra sabar! Maju tiga langkah mlorot 1 langkah. Begitu terus rumusnya +3 -1 (kalo + nya lebih banyak sih good job!). Saya hampir sering frustasi, karena sudah surise tapi belum sampai puncak, tapi saya ingat harus konsisten. 

kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,
tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya,
lapisan tekad yg seribu kali lebih keras dari baja,
dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya,
serta mulut yang akan selalu berdoa…



Mahameru, terima kasih...

Tinggal sisa-sisa tenaga, didepan mata sudah tanah datar yang luas, tapi langkah semakin lemah, akhirnya saya ditarik Mas Dinar, patner yang sabar menunggui saya. Hahaha. Sampai juga di Mahameru, sujud sukur kepada Allah SWT. Akhirnya jadi satu-satu nya higest women in Java :P paling gak pagi ini. Seperti ada suntikan semangat setelah itu. Hehehe. Tukiyo belum sampai juga, akhirnya dia ditarik oleh teman-teman yang lain. Seperti kesetanan sampai dipuncak Tukiyo berpose segala gaya di setiap sudut  Mahameru. ‘BUMMM BUMMM BUMMM’. Kawah Jonggring Saloka memuntahkan awan hitam panas yang makin lama makin naik membesar. Saat itu menunjukkan 08.15. Hahaha. Kami semua berhamburan. Semeru menghadiahi banyak hal yang ajaib untuk kami, et broter’s.




Satu malam lagi yah Kumbolo

Turun dari Mahameru kami tidur siang di Kalimati. Sorenya kami tancap ke Ranu Kumbolo. Sampai Ranu Kumbolo sudah gelap, seperti biasanya, kami mendirikan dumb dan beristirahat. Yang berkesan kami bisa berkenalan dan mengobrol panjang lebar dengan Om Don Hasman, lelaki berumur 71 tahun yang sudah lama menggeluti bidang jepret menjepret (fotografi), salut saya, beliau kesini dalam rangka mau mengambil gambar moment seorang teman (pendaki) yang besok menikah disini, tepatnya pemberkatan nya di Mahameru. Kami juga berkenalan dengan teman Om Don, Mas Ray, juga arek-arek dari Surabaya. Jadi kangen... Rame-rame kita dengerin Om Don dengan segala pengalamannya, beliau selalu cerita dengan serunya, makan bareng di shelter...




18 Juni 2011

Nyemplung
Siang-siang saya mandi di Ranu Kumbolo... Hahaha... Senangnya...

Say good Bye to Semeru, see u again kumbolo ku

Selepas senja kami dengan berat hati meninggalkan Ranu Kumbolo. Pasukan kami bertambah dua orang yaitu Mbak Anik dan Mbak Irma, mereka mau bareng sampai di Malang. Kembali keperadaban.

Bromo kayak padang pasir ajaaaa...

Paginya dari Ranu Pani, kami semua langsung tancap ke Bromo, cak Rudi sudah siap, tentu saja dengan jeep nya! Mbak Irma dan Mbak Anik tentu saja kami culik, makin rame makin asik. Hehehe. 
Bakso malang juga jangan lupa !




Tut tut tut ejes ejes ejes

Setelah dari Bromo kami mampir di pemandian (kolam renang umum) karena bentuk kami sudah tak karuan. Hahaha, katanya mirip beruk. Setelah itu perpisahan kami dengan Mbak Anik dan Mbak Irma, distasiun Malang kami harus mencari tiket untuk ke Semarang. Dikereta? Duduk diantara gerbong, di depan WC, tidur bersandar bergantian.

7 hari bersama 7 kawan et broter’s di Semeru, hari-hari yang penuh keajaiban, hah... selalu rindu... sampai bertemu lagi di petualangan selanjutnya. Miss u guys...







Sabtu, 28 April 2012

tour with kebo...

PEMALANG (23-24 April '11)











KUDUS (27 April '11)












PEKALONGAN (14 Mei '11)









Rabu, 15 Februari 2012

Monumen Nasional, Gejolak Kawula Muda


27122010


Rasanya beberapa hari jadi orang ibukota belum lengkap kalo kita belum berkunjung ke monas-monumen nasional. Beruntungnya ketika abang-abang Cipinang mengajakku jalan-jalan ke Monas. ASIKKKK. Sore hari kami berangkat dari Cipinang Muara (Jakarta Timur) menuju ke Monas (Jakarta Pusat). Berangkatnya sih cuma kami berlima bareng Bang Iqbal, Mas Adit, Bang Naw, Pay, dan Saya (meteor garden lagi...)

Setelah puas mengelilingi monas, kami bermotor ria lagi menuju taman Suropati (Masih Jakarta Pusat) skalian menunggu Bento dan Joay yang akan menyusul kami. Taman Suropati sederhana, tapi lumayan asik buat nongkrong, apalagi malam itu kami mencicipi makanan yang bernama tahu gejrot. Puedes pol!

Perjalanan kami lanjut menuju ‘Kota Tua’ (Jakarta Utara). Yup! Disini banyak bangunan-bangunan kuno, unik ! Mungkin bisa dibilang seperti ‘Kota Lama’ di Semarang. Lebih kuno yang mana ya? Ada yang mau jawab? :D

Makin malam makin asik, hehehe. Kami mengubek-ngubek daerah Kemayoran mencari makanan khas ‘Kerak Telor’. Ramainya kota Jakarta, padahal sudah hampir pukul 23.00, gejolak kawula muda :P. Akhirnya dapet juga kerak telor. Saya berjongkok tepat di depan bapak penjual yang sedang membuat kerak telor telor, saya ingin melihat bagaimana prosesi membuat makanan yang ajaib itu. Memang ajaib! Ditengah-tengah ketika saya sedang asik memperhatikan si bapak, ada dua mas-mas banci yang sedang mengamen, hahaha, yah... abang-abang ku malah pada lari-larian!!!







Pangrango, Aku Cinta Kamu Deh...


SEKILAS GAMBARAN TENTANG GUNUNG GEDE PANGRANGO

Gunung Gede Pangrango adalah salah satu gunung di propinsi Jawa Barat.  yang mempunyai curah hujan tinggi. Tak heran jika kita mengunjungi gunung ini bersifat basah/lembab. Untuk mengembalikan habitat, biasanya tiap bulan Agustus, juga Desember-Maret ditutup untuk para pendaki. Dan tercatat sejak 2002 di TNGGP ditetapkan sistem booking, minimal 3 hari sebelum pendakian kita harus booking terlebih dahulu karena jumlah pendaki pun dibatasi. Terdapat tiga jalur pendakian. Cibodas, Gunung Putri dan Selabinata. Untuk pertama kalinya saya main ke Gede Pangrango :P (mau lagi) melalui jalur Cibodas.

HARI IBU, SAYA BIKIN KACAU...

Berawal dari saya yang membutuhkan F5 (refresh) untuk  ditekan. Otak yang sudah penuh dengan file-file kehidupan. Hah. Kuliah semester  3 sudah selesai need f5!! Liburan kali ini saya ingin yang ‘woww’, dan alhamdulillah terwujud, paling tidak lebih ‘woww’ daripada sebelumnya. Berawal dari brader-brader Cipinang (baca Sumbing 3371 mdpl) yang pada ngajakin saya buat naik Gunung Gede Pangrango, eh bertepatan saya libur kuliah, jadi saya mengeluarkan jurus ampuh saya merengek kepada orang tua untuk meminta ijin. Rencana juga setelah saya main ke Jakarta, nanjak Gede Pangrango, saya mau sekalian singgah ke tempat uak dan bibi saya di Bandung, terus ke tempat nenek saya di Tasikmalaya. Miss u so much  granma...

Awalnya saya sudah beli tiket bus ke Jakarta,untuk tanggal 23. Eh, tiba-tiba... saya inget banget hari itu tanggal 22 Desember, hari ibu, saya malah membuat ibuk  menangis. Hehehe. Beliau khawatir sekali apabila saya berangkat sendiri naik bus, memang nekat sekali anak perempuannya ini, setelah kami saling kompromi, akhirnya si ibuk maunya Pai menjemput ke Salatiga. Beneran, moment ini bikin trenyuh saja, maav ya bu.. hehehe. Pai juga langsung mau jemput saya, dia kangen simbah nya yang diSalatiga, jadi sekalian ketemu simbah katanya.

SEDIKIT MENCICIPI JADI BACKPACKER, 23 Desember 2010
Tiket bis saya cancel, saya merengek pada Pai agar kami naik kereta. Siang nya saya ke Tingkir dianter si kebo, setengah jalan hujan deres, kacau! Setelah sampai Tingkir tas basah, hape langsung konslet, kacau lagi! Langsung saja saya mengcancel tiket, untungnya bisa, walau kena potong sedikit. Pulangnya juga masih hujan, tapi gak sederas tadi, saya langsung pulang karena harus finishing packing.

Sore sekitar pukul 16.00 lebih Pai datang ke rumah, saya pun sudah siap. Hmm, nungguin Pai lagi diberi wejangan oleh ibuk saya. Hihihi, sukur loh!  Tapi berkat lelaki ini ijin sudah saya kantongi. 

Sepanjang perjalanan terlihat kami begitu bersemangat. Bus arah Solo pun kami tunggu dengan sabar. Ehm… akhirnya bus nya nongol, langsung saja kami naik, tapi kami harus berdiri karena penuh, dan makin kesana makin penuh.

Sampai Solo sudah malam sekitar jam 19.00an, kami mampir  Basecamp Giri Bahama, salah satu organisasi pecinta alam di UMS. Disana kami dijamu baik oleh saudara-saudara Giri Bahama. Jam 21.00 kami berangkat ke Purwosari diantar Mas Aji dan Rektor, rekan Pai dan sekarang menjadi rekan saya juga. Sayang sekali, keretanya terakhir jam 18.30 huhuhu. Lalu kami berempat saya, Mas aji, Rektor, Pai diskusi bagaimana solusinya. Akhirnya diambil keputusan, kami menginap dirumah Rektor dulu, lalu pagi-pagi sekali kami ke Semarang untuk mencari kereta. Muter balik, lewat Salatiga lagi, jiahh.

SUDAH TANGGAL 24 DESEMBER 2010, KAMI DIKEJAR WAKTU!
Jam 7 pagi kami sampai di Poncol. Tahu tidak saudara apa yang saya lihat ketika sampai di stasiun Poncol? Ya, antrean kereta sama keretanya panjang antrean nya. Saya dan Pai frustasi, akhirnya kami berjalan keluar stasiun dengan lesu. Eh, ada bis jurusan Cirebon, akhirnya kami berlarian mengejar bis itu. Nah, perjalanan Salatiga-Jakarta, saya sedikit mencicipi menjadi seorang backpacker walaupun amatiran. Hahaha

GAK NYANGKA BISA JADI INSPIRASI ORANG LAIN :)

Nah dibis ada cerita lagi nih! Kami memilih bangku belakang sendiri, dipojok ada mbak-mbak, iseng aja kami ngajak dia ngobrol. Setelah berkenalan dan bertanya soal asal muasal, kemudian kami mengetahui namanya Silvi, angkatan 2010 UNNES TI, dia mau pulang ke Batang, awalnya agak malu si Silvi itu, eh makin saya dan Pai gokil dia juga asik-asik aja. Obrolan kami cukup banyak, akhirnya setelah dia bertanya kepada kami ‘mau kemana?’ saya dan Pai cerita banyak soal pengalaman bareng pas naik gunung. Kami juga tukeran nomer HP agar gak lost contact. Ajaib nya nih, sekarang si Silvi kecanduan naik gunung, ternyata saya dan Pai bisa juga jadi inspirasi buat orang lain. Senangnyaaaaa… ngomong-ngomong soal Silvi, saya jadi kangen dia nih.

PULO GADUNG, MENUNGGU BANG IQBAL DAN MAS ADIT.
Sampai di Cirebon sore, saya lupa jam berapa. Lalu kita langsung dapet bis jurusan Pulo Gadung, Jakarta. Wah, saya dan Pai travelling nih, mau jadi backpacker, hahaha, sukses dapet yang ekonomi nan murah. Dibis hanya tidur saja. Jam 23.00an kami sampai di Pulau Gadung, lalu dijemput oleh Mas Adit dan Bang Iqbal. Waaaa… senang banget ketemu mereka… seneng nya banyak banget…!

Sampai di Cipinang saya serasa disambut pakai karpet merah. Hehehe. Abangku nambah lagi, ada Bang Rahmat, Joay, Bento, Bang Mulan, Bang Nawaw. Sampai disana saya langsung mandi dirumah Mas Wiwit, sudah gak tahan dengan rasa lengket di tubuh saya. Saya mengira abang-abang yang saya sebutin tadi ikut semua sekalian Bang Iqbal, Mas Wiwit dan Mas Adit pastinya, pokoknya seperti rencana awal berdelapan lah. Ternyata yang fiks berangkat cuma ber-meteor garden, saya, Pai, Mas Adit, Joay dan Bento. Gak ada istirahat, packing-kumpul-doa-berangkat. Mas Wiwit yang memimpin doa, sungguh khidmat…Bissmillah, semoga perjalanan ini selalu dalam lindunganMu Ya Robb...

BERANGKAT!
Dari Cipinang kami nyarter angkotan kota untuk ke Uki (Cawang). Lalu dari Uki ke Kp. Rambutan. Lalu kami naik bus jurusan Tasikmalaya via puncak Bogor Cibodas. Dibis kami semua tidur karena emang saatnya orang tidur. Pukul 04.00 sampai di Cibodas, dingin sekali, kami menunggu angkutan yang bisa mengantar kami naik hingga basecamp, soalnya kata mas Adit kalau jalan lumayan jauh. Akhirnya datang juga.

Basecamp lumayan ramai pendaki, kemudian kami memesan sarapan untuk mengisi perut kami karena cacing-cacing di perut kami sudah berdemo! Sekitar jam 07.00 kami mulai untuk jalan, sejuk sekali udara diCibodas, bikin seger dihati dan pikiran.  Kata Mas Adit nih, kalau kita lewat jalur Cibodas sama aja kayak tamasya! Orang emang kita mau tamasya kok! Hehehe...

Awalnya kaku juga saya berkomunikasi dengan abang-abang Cipinang dengan bahasa Indonesia, karena logat saya sudah medok dok dok jawa banget. Tapi karena si abang-abang ini mulai koplak, saya jadi sebodo teuing lah walaupun medok pisan euy! Si Bento tu tersangka pertama yang manggil saya owa jawa, jadi pada ikutan manggil deh... Dijalan sambil bercanda, kami mulai akrab.

TELAGA BIRU (1.575 mdpl)
Setelah jalan kira-kira 1,5 km dari pintu masuk Cibodas,taraaaaaa kita sampai di Telaga Biru, kok bisa? Ya emang bisa! Kalo dimata saya nih, telaga nya warna nya biru, semi kehijauan, dari yang saya baca dari internet nih, ini dikarenakan ditelaga ini terdapat spesies ganggang biru, begitu. Perjalan setelah Telaga Biru ini terdapat jembatan dari kayu, unik menurut saya, tapi tetap kami harus berhati-hati karena licin.

AIR TERJUN CIBEUREUM (1.675 mdpl)
Setelah berjalan kira-kira satu jam dari Telaga Biru, ada plang bertuliskan ‘Air Terjun Cibeureum’ dan saya perhatikan jalannya berupa jembatan dari kayu, seperti jalur sebelum nya. Mari kita kesana! Bye-bye Mas Adit, jaga tas kami ya. Mas Adit gak ikut kami bertamasya ke Cibereum, dia tugas jaga tas.

Untuk menuju Cibereum kami harus berjalan sekitar 10 menit, nah setelah itu... kami dapat melihat air terjun yang lumayan gede dan sepertinya airnya dingin. Disana terdapat 3 air terjun, yang paling kecil yakni yang paling kiri dari pandangan saya. Setelah puas berfoto-foto kami balik ke lokasi  dimana Mas Adit jaga tas kami, kasihan dia kalau kita kelamaan.

CIPANAS (2150 mdpl)
Kami berjalan lagi, langkah kami santai. Jalur Cibodas ini mirip Lawu via Cemoro Sewu, sudah kelihatan jalurnya, seperti tatakan watu. Hawa disini sejuk, basah, bersih, enak rasanya. Nah, setelah ini kita lewat cipanas (karena air yang mengalir itu panas). Saya diperingatkan Bento untuk jangan kaget apabila kaki saya terkena airnya, tetep tenang, dan berhati-hati agar gak terpeleset.

Benar saja, awalnya airnya hangat, makin jalan, makin deket dengan grojokanya makin panas. Keren, batinku... Kami harus berpegangan pada tali yang ada di samping kami untuk keamanan. Yeah, akhirnya dengan 5-10 menitan selesai juga Cipanas ini.

KANDANG BATU (2220 mdpl)
Untuk mencapai pos Kandang Batu kami berjalan sekitar 30-60 menit. Disini terdapat lapak yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda serta ada sumber air.


KANDANG BADAK (2385 mdpl)
Mendekati Kandang Badak, kita akan mendengar suara deru air terjun yang cukup menarik dibawah jalur pendakian. Hari sudah siang, tapi matahari tak tahu pergi kemana. Kami sampai di Kandang Baak sekitar jam 13.30an (saya lupa). Area di Kandang Badak ini luas, sehingga cocok sekali digunakan untuk lokasi camp. Disini ada sumber air, jadi tidak perlu takut kehabisan air. Bagi yang akan naik ke Gede ataupun Pangrango dianjurkan sebaiknya mengisi persediaan airnya di pos Kandang Badak, karena perjalanan berikutnya akan susah memperoleh air. Saat kami sedang memasak tiba-tiba turun gerimis, cepat-cepat kami memasang flysheet agar kami aman dari gerimis sehingga bisa masak dan makan tentunya! Beberapa tenda sudah berdiri di pos kandang badak ini, kebanyakan sih dari Jawa Barat karena saya menguping sedikit-sedikit logatnya. Hehehe.

Setelah selesai makan, kami menyegerakan packing lagi, karena hari kian sore. Setelah rapat kecil, kami memutuskan untuk ke Pangrango dulu, dan camp disana, karena dengan pertimbangan pasti di Gede lebih rame. Nah besoknya baru ke Gede (planning awal). Setelah berjalan kira-kira 10 menit kami menemui persimpangan, untuk menuju puncak Gede ambil arah ke kiri, dan untuk menuju puncak Pangrango ambil arah kanan.

SUMMIT ATTACK TO PANGRANGO YANG CIHUI.
Jalur untuk ke Pangrango sumprit keren banget. Hutan nya lebat! Beberapa pohon tumbang menghalangi jalan membuat kami kadang harus melompat atau pun merunduk. Membuat perjalanan kami bertmbah seru.

Kata Bento dan Joay Pangrango sudah deket. Huah... saya pengen istirahat. Lama-lama jalurnya tambah nanjak. Capek! Terus batin saya bilang “Hei Riana! Malu tuh... sama Mas Adit dan Joay, carrier mereka udah kayak kulkas dua pintu! Lu cuma bawa daypack juga!”. Hahaha.

Sabar, harus sabar. Pasti udah deket. Tuh jalan nanjaknya tinggal dikit. Tuh kan... jalan udah datar... tuh kan bau edelweis di Mandalawangi kerasa sampai sini. Tuh beneran tuh! Ada tugu triangulasi! Sampai puncak lu Riana!

Yeah, akhirnya sampai, mungkin sudah sekitar pukul 17.30 karena sudah lumayan gelap. Tetapi mendung, sehingga kami tidak dapat melihat senja kemerahan didinding-dinding langit sore itu. Kami memutuskan untuk camp5 meter dari tugu Triangulasi. Mandalawangi tidak nampak dari sini. Kata Mas Adit besok pagi aja main ke Mandalawangi nya.

Kami mendirikan 2 tenda. Tenda pertama kapasitas 4 orang dan tenda kedua kapasitas 3 orang. Tetapi tenda pertama diisi kami, meteor garden, termasuk saya sancai. Hihihi. Kami tidur berdesak-desakan. Saya kebagian dipojok.  Dingin banget... Malam itu menu kami nasi berlaukkan bakmi goreng setelah itu kenyang lalu tidur!

26 DESEMBER 2010,MANDALAWANGI DIKALA PAGI MENYINGSING
Tidur saya nyenyak sekali. Hingga pagi saya sudah mendengar suara beberapa orang yang sedang bercakap-cakap. Mungkin tenda sebelah. Pagi itu mendung. Baru sebentar saya bisa melihat pesona Gede, setelah itu dia berselimut kabut. :(

Pagi itu adalah pagi yang akan saya ingat terus. Kami bertiga, saya, Pai, Mas Adit berjalan-jalan ke Mandalawangi sekalian mengambil air. Indah sekali disana, indah... jantung saya bisa berdesir seperti angin yang mendera tubuh kecil saya. Subhanallah... inikah Mandalawangi.. Edelweis bermekaran disana-sini, ilalang yang bergoyang diterpa sang bayu, gemericik air kecil yang mengalir menjadikan saya berada. Mandalawangi, setelah ini saya pasti bakal kangen tempat ini.

Kami tidak jadi main ke Gede, karena waktu sudah tidak memungkinkan. Bento dan Joay esoknya harus bekerja. Jadi kita cukup bersantai-santai di dumb kami. Baru sekitar jam 11 kami mulai packing. Sebelum meninggalkan Pangrango ‘yang dingin dan sepi’ kami mengabadikan beberapa gambar.

Perjalanan turun gunung kami diwarnai hujan, sehingga kadang kami berhenti, memasang flysheet, dan berteduh. Setelah itu hanya gerimis kecil, dan kami nekat saja tetap melangkahkan kaki. Sampai basecamp sudah gelap, mungkin sekitar pukul 18.30, yess... kami tidak ketinggalan laga keren, INDONESIA vs MALAYSIA!!! Kami bersih-bersih badan kemudian membaur dengan teman-teman pendaki lain untuk menyaksikan pertandingan sepak bola. Hahaha. Seru sekali disini! 







Tamasya ke Hargo Dumilah


Hihihi... ada jeda 3 hari iseng-iseng ma temen-temen tamasya ke lawu ajah... (3-5 Juli 2010)