Pages

Rabu, 16 Mei 2012

08.15

Semua berawal dari sebuah mimpi yang sangat indah dan berani...
Mimpi kami berdelapan, mungkin sebenarnya mimpi dari banyak orang…
Ya... Mahameru,

Jauh-jauh hari kami berdelapan… Saya, Mas Kris, Nopek, Mas Agus, Mas Dinar, Mas Jeny, Mas Parno, dan Mas Leo, sudah membuat planning untuk jalan-jalan ke Gunung Semeru, tanah tertinggi di pulau Jawa. Sebenarnya tidak hanya berdelapan, tapi beberapa orang tidak jadi ikut, jadilah kami berdelapan. Yah, saya beruntung lagi, wanita sendiri dan dikawal 7 orang pria. Hehehe.


Saya pribadi punya mimpi yang guedeeee banget untuk kesana. Ya... ke Mahameru... 

Seminggu sebelum hari H, kami berkumpul di kos-an Mas Kris,  ngopi sambil dengerin campursari nya Mas Didi Kempot, kami berdiskusi masalah nama tim. Angot-angotan 1-2 jam memeras otak demi nyari nama tim yang oke.

Tralalalaa... et’ Broter’s... nama itu sudah deal. Expedition Team Bromo Tengger Semeru.

Rencana kami juga sudah cukup matang mengenai transportasi, dana, pembelian logistik tim, menejemen perjalanan, dll yang sudah kami bicarakan sebelumnya.

14 Juni 2011

Rasanya hari Selasa puanjaaaaang sekali, logistik dan perlengkapan untuk pendakian sudah saya siapkan kemarin, sebenarnya hari ini saya ingin tidur saja. Huh...! Tidak bisa, pikiran saya sudah sampai Semeru duluan rupanya! :D

Akhirnya tiba juga. Seusai sholat magrib saya berpamitan kemudian berangkat. Kami semua berkumpul dikosan Mas Agus. Kemudian setengah 8 malam kami berangkat menuju terminal Tingkir, karena memang rencanaya kami transit ke Malang menggunakan bis, tiket juga sudah kami pesan sebelumnya.

Alhamdulillah, yang ditunggu-tunggu datang juga. Hehehe. Dibis kami terpisah, Mas Kris, Nopek, Mas Leo, dan Mas Jeni di bagian depan. Sedangkan saya, Mas Dinar, Mas Agus, dan Parno di bagian belakang. Kami berempat dibelakang malah dicurhati colongan oleh Mas Agus, hahaha. Setelah sesi curhat selesai kami memutuskan untuk tidur agar fisik kami tetap oke. Selamat tidur saudara!

15 Juni 2011

Saya dibangunkan bapak-bapak sebelah saya, “Mbak, Mas, kontrake wis entek..”. Saya terbangun lalu tersenyum mendengar kata-kata bapak tersebut, maksud si bapak bis itu sudah sampai di Arjosari. Masih subuh rupanya. Kami keluar dari kawasan terminal menuju jalan raya untuk mencari angkutan menuju Tumpang.

Insiden yang bikin jantung bergidik ngeri, hahaha...

Pagi ini hampir saja terjadi insiden pertumpahan darah. Hahaha. Gini ceritanya...

Ada bapak-bapak, sebut saja Cak A (kita diMalang men!). Cak A menawarkan untuk mengantar kami ke Tumpang dengan ongkos Rp 10.000,00 per orang, mahal! Soalnya kami juga sudah mencari info Arjosari-Tumpang tarifnya hanya Rp 5000,00 per orang. Lalu kami menolak dan kami mampir ke warung terdekat mencari teh anget atau kopi. Cak A masih saja ngeyel menawarkan jasa angkutan nya.

“Arep ning Tumpang dik?”
“Mengko cak meh golek anget-anget sek.”
“Ayo tak terke ning Tumpang, sepuluh ewu wae sak wong.”
“Sek cak, meh golek anget-anget sek kok!”
“Tak terke tekan omahe, ora tekan pasar tok!”

Kami tetep ngopi, gak jawab tawaran si cak A yang sebenernya itu PENOLAKAN HALUS!! Huh.

Beberapa saat kemudian datang bapak-bapak yang sangat baik, sabar, berbesar hati, sebut saja cak B. Dia juga sopir angkutan. Dia menawarkan untuk mengantar kami sampai ke Tumpang dengan harga Rp 5.000,00 per orang. Mulai panas nih suasananya. Cak A bersikukuh mau mengantar kami dengan budget Rp 10.000,00 padahal saya tekankan disini kami belum deal, eh cak A bilang kami sudah deal. Makin lama makin ganas cak A mencerca cak B, cak B yang gak tau apa-apa malah kena omel. Huh! Ujung-ujungnya duit (bener kata Slank). Hahaha. Saya menilik wajah temanku satu persatu, semuanya tegang, hahaha.

Yang tadinya baru kenal jadi akrab

Saya dan Mas Leo mendapat giliran menjaga peralatan tempur kami. Yang lain pada belanja logistik untuk tim. Awalnya saya dan Mas Leo kaku, tapi emang dasarnya saya suka nanya mulu, akhirnya hilang juga kekakuan kami berdua.  Nun jauh disana, mata saya menangkap sebuah pemandangan, yaaa... Gunung Semeru merona kemerahan diterpa sang mentari, terlihat sedikit asap mengepul luapan dari Semeru.

Setelah selesai melengkapi logistik, tak lama kemudian Cak Rudi datang dengan jeep four wheels nya. Iya, sebelum hari H kami sudah memesan Cak Rudi sepaket dengan  jeep nya untuk paket wisata Bromo Tengger Semeru. Cielah gaya benerrr!



Ranu Pani dan Cak Rudi

Perjalanan ke Ranu Pane seru sekali... :) . Awalnya aman-aman saja, jalan masih baik, kami juga melewati kebun apel. Habis itu, behhh... bisa terkoyak-koyak di atas jeep, seperti naik rodeo. Selain itu jalan juga berdebu, membuat penampilan kami seperti gembel seminggu. Asik sekali! Yang paling keren ketika kami melihat disisi kiri kami ada Bromo. Selain itu juga ada Semeru yang semakin dekat saja. Setelah kira-kira 2 jam perjalanan dari Tumpang, kami sampai juga di Ranu Pani.



Sampai Ranu Pani kami bertemu beberapa orang dari Ring of Fire. Sampai diRanu Pani saya lekas mengeluarkan peralatan mandi saya, dan bergegas untuk mandi. Oiya, saya sempat berjalan-jalan disekitar Ranu Regulo juga loh... Sebelum mulai Treking kami mampir ke warung untuk mengisi perut. Yang mantep itu kopi nya, masih kasih kasar, gak halus seperti kopi-kopi instan. Selesai makan saya bertemu seorang anak keturunan Tengger bernama Muhammad beserta ibunya. Hihihi... lucu sekali anak itu. 




“Mbak’e yang sabar ya mbak...”

Sekitar jam 10an kami bersiap untuk Treking, kami berpamitan dengan Mas-mas yang berasal dari Jogja. Pesan Mas-mas itu untukku sederhana dan selalu kuingat  “Mbak’e yang sabar ya mbak” sambil senyum dan menjabat tanganku dengan kuat. Bismillah... Perjalanan kami penuh gurauan sehingga tidak membosankan, karena tim kami adalah tim penggembira, apalagi Mas Parno itu, wah jan marai geli...


Selamat datang di Ranu Kumbolo

Bukit, bukit lagi, mana sih si Ranu Kumbolo??? Berjalan terus, berjalan naik, keringat menetes...
JEGER!!! Subhanallah, surga biru itu indaaaaah bangeeet. Mataku terpaku kepada danau yang sangat luas itu. Hiks, akhirnya mimpiku jadi nyata... Disini damai, hijau, cantik, indah... 





Rembulan Malam Di Ranu Kumbolo

Cepatnya waktu bergulir, tak terasa sudah gelap. Kami memasak dan membuat kopi, spesial nya, kami makan ditepi Ranu Kumbolo bersama nyala api unggun. Gurauan antara satu dengan yang lain membuat suasana hangat, dingin pun kalah. Kami menikmati malam ditepi Ranu Kumbolo, di bawah pantulan sinar rembulan dan main ‘jujur-jujuran’. Hahaha. Semua rata-semua sama-semua kena. Malam yang tak pernah saya lupakan dan selalu saya rindukan bersama et broter’s.

16 Juni 2011


Sunrise Kumbolo

Pagi sekali sebelum matahari muncul, kami sudah nongkrong dipinggir danau. Mas Dinar membuatkan kami jamu kuat ala dia, kasiatnya tak perlu ditanya. Hihihi. Gula jawa, kayu manis, cengkeh, jahe, diseduh jadi satu. Pagi-pagi kami udah bikin rame. Mas agus copot-copot terus renang cuma pake underware! Padahal dinginnya rek! Tapi demi cinta...hahaha. Saya sendiri jatuh cinta, pada ranu kumbolo dan...




Tanjakan cintroooong


Mumpung di Ranu Kumbolo, dilama-lamain deh disini. Kami melanjutkan perjalanan siang nanti. Menu siang ini menggoda, pecel, ikan goreng hasil bumi yang mini, dan roti bakar. Yummy. Rencana siang ini kami melanjutkan perjalanan kami sampai Arcopodo. Bersedia, siap, yak! Kami packing dan berangkat. Menyusuri jalan datar kemudian... Tanjakan Cinta... Hahaha. Saya? Iyalah... tentu saja saya membatin sesuatu.   J






Hore! Semeru menyabut kami di oro-oro ombo

Sampai pada padang ilalang yang sangat luas bernama Oro-oro ombo. Perjalanan kami lebih istimewa lagi karena kami disambut suara menggelegar. Kita bersorak. Semeru menyambut!!!

Sumber kehidupan, sumber mani

Sampai diKalimati sudah pukul 4 sore. Huft hah... lumayan tracking hari ini. Saya, Mas Kris, dan Nopek ditugaskan mengambil air di Sumber Mani. Letaknya setengah jam dari Kalimati.

Malam mencekam di Kalimati

Setelah diskusi sambil menikmati mie, kami memutuskan untuk mendirikan dumb di Kalimati saja, karena tenaga kami juga sudah cukup terkuras. Malam di Kalimati, kami menghangatkan badan di sekeliling api unggun. Sembari membuat planning untuk ‘Mahameru’. Rencananya kami berangkat tengah malam. Untuk menyiapkan stamina demi menggapai puncak abadi, satu persatu dari kami memasuki tenda untuk beristirahat. Ditenda kami belum sepenuhnya tidur. Karena terdengar ‘BUMMM BUMMM BUMMM’. Yang ada dikepalaku ada raksasa diKalimati sedang berjalan-jalan, ah tapi setelah dipikir lagi itu paling perut bumi sedang beraktivitas. Ditambah lagi diluar seperti ada langkah orang walaupun pelan tapi terdengar. Tapi ketika salah satu dari kami menyapa dari dalam tenda tidak ada yang menjawab. Mas Dinar dan Mas Agus menambah-nambahi ini hari Jum’at dan  ketika menghitung suara ‘BUMMM BUMMM BUMMM’ tadi mendapati angka ganjil. Saya ikutan paranoid. Gak hanya saya ding. Hahaha. Akhirnya biar mantap kami keluar dari tenda. Tapi kami mendapati tidak ada apa-apa. Hahaha. Suara ‘BUMMM BUMMM BUMMM’ itu suara dari perut bumi, Gunung Semeru. Saya berlari ke tanah lapang di Kalimati, mencari sesuatu, ya... benda bulat sempurna dan bersinar, supermoon. 


17 Juni 2011
Makanan yang asin meningkatkan energi?

23.00, jam segini sudah ada yang bangun dan masak. Mas Juman yang sedang masak rupanya. Hahaha. Tapi masakannya asin, kata dia sih biar kuat nanti muncaknya. Tenda dan barang-barang yang tidak diperlukan kami tinggal didalam tenda. Kami hanya membawa barang penting seperti jaket, kacamata,slayer, kamera, dompet, logistik, air.

Gonta-ganti nama

Ohya, nama kami masing-masing bisa berubah gara-gara pelopornya Mas Parno. Mas Jeny bisa jadi Juman Gondes (jujur mantap gondrong deso) soalnya dia emang orangnya jujur banget, gondrong, tinggal di desa Pingit. Mas Agus jadi Sastro Tangki, soalnya dia yang ngangkut air paling banyak. Mas Parno jadi Temin, ini gara-gara bercandaan soal monyet kayaknya. Mas Dinar jadi Harjo Ceki, gak tau alasanya kenapa, mirip kepala desa mungkin. Mas leo jadi Tukiyo, karena manggil Leo jadi ‘Yo’ diplesetin jadi Tukiyo. Si Nopek jadi Pawit Gupak, saya gak tahu alasannya. Mas Kris jadi Giyono Ngik kenapa ya? Dan saya? Bisa jadi Marni Semprong!!!   

Go to top mountain diwarnai salah jalur, nyasar jurang, mountain sickness

Dari Kalimati saja kami sudah salah jalur. Pantesan, di jalur yang kami lewati sedari tadi tak ada tanda jalur. Tapi kami kepedean lanjut terus. Baru berjalan sekitar 1-2 jam kepala saya sudah pusing, perut mual, dan mau muntah rasanya. HOEKKK. Cairan asam keluar dari mulut saya, huh! Supermoon menemani perjalanan menuju Mahameru, jalan yang kami lalui jadi lebih terang. Kami tetap lanjut saja karena jauh disebelah kanan atas ada cahaya senter, mungkin itu Arcopodo. Yang paling seru kami melewati jalan setapak kecil dengan jurang dikanan kiri kami, sampai-sampai kami berjalan jongkok. Tidak hanya itu kami juga harus bergelantungan dengan tali untuk turun-naik medan.

Bener-bener gila

Akhirnya ketemu jalur yang bener. Kami sudah sampai dibatas vegetasi, atas Arcopodo. Cihuy, kapan lagi mainan pasir sebanyak ini. Benar-benar harus extra sabar! Maju tiga langkah mlorot 1 langkah. Begitu terus rumusnya +3 -1 (kalo + nya lebih banyak sih good job!). Saya hampir sering frustasi, karena sudah surise tapi belum sampai puncak, tapi saya ingat harus konsisten. 

kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,
tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya,
lapisan tekad yg seribu kali lebih keras dari baja,
dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya,
serta mulut yang akan selalu berdoa…



Mahameru, terima kasih...

Tinggal sisa-sisa tenaga, didepan mata sudah tanah datar yang luas, tapi langkah semakin lemah, akhirnya saya ditarik Mas Dinar, patner yang sabar menunggui saya. Hahaha. Sampai juga di Mahameru, sujud sukur kepada Allah SWT. Akhirnya jadi satu-satu nya higest women in Java :P paling gak pagi ini. Seperti ada suntikan semangat setelah itu. Hehehe. Tukiyo belum sampai juga, akhirnya dia ditarik oleh teman-teman yang lain. Seperti kesetanan sampai dipuncak Tukiyo berpose segala gaya di setiap sudut  Mahameru. ‘BUMMM BUMMM BUMMM’. Kawah Jonggring Saloka memuntahkan awan hitam panas yang makin lama makin naik membesar. Saat itu menunjukkan 08.15. Hahaha. Kami semua berhamburan. Semeru menghadiahi banyak hal yang ajaib untuk kami, et broter’s.




Satu malam lagi yah Kumbolo

Turun dari Mahameru kami tidur siang di Kalimati. Sorenya kami tancap ke Ranu Kumbolo. Sampai Ranu Kumbolo sudah gelap, seperti biasanya, kami mendirikan dumb dan beristirahat. Yang berkesan kami bisa berkenalan dan mengobrol panjang lebar dengan Om Don Hasman, lelaki berumur 71 tahun yang sudah lama menggeluti bidang jepret menjepret (fotografi), salut saya, beliau kesini dalam rangka mau mengambil gambar moment seorang teman (pendaki) yang besok menikah disini, tepatnya pemberkatan nya di Mahameru. Kami juga berkenalan dengan teman Om Don, Mas Ray, juga arek-arek dari Surabaya. Jadi kangen... Rame-rame kita dengerin Om Don dengan segala pengalamannya, beliau selalu cerita dengan serunya, makan bareng di shelter...




18 Juni 2011

Nyemplung
Siang-siang saya mandi di Ranu Kumbolo... Hahaha... Senangnya...

Say good Bye to Semeru, see u again kumbolo ku

Selepas senja kami dengan berat hati meninggalkan Ranu Kumbolo. Pasukan kami bertambah dua orang yaitu Mbak Anik dan Mbak Irma, mereka mau bareng sampai di Malang. Kembali keperadaban.

Bromo kayak padang pasir ajaaaa...

Paginya dari Ranu Pani, kami semua langsung tancap ke Bromo, cak Rudi sudah siap, tentu saja dengan jeep nya! Mbak Irma dan Mbak Anik tentu saja kami culik, makin rame makin asik. Hehehe. 
Bakso malang juga jangan lupa !




Tut tut tut ejes ejes ejes

Setelah dari Bromo kami mampir di pemandian (kolam renang umum) karena bentuk kami sudah tak karuan. Hahaha, katanya mirip beruk. Setelah itu perpisahan kami dengan Mbak Anik dan Mbak Irma, distasiun Malang kami harus mencari tiket untuk ke Semarang. Dikereta? Duduk diantara gerbong, di depan WC, tidur bersandar bergantian.

7 hari bersama 7 kawan et broter’s di Semeru, hari-hari yang penuh keajaiban, hah... selalu rindu... sampai bertemu lagi di petualangan selanjutnya. Miss u guys...







3 komentar:

Rachel Fitria mengatakan...

hohoho.... nice trip :)

Dias Judoprawiro mengatakan...

entuk comment ra?
ceritane terlalu singkat, hehe. banyak bagian yang sebenarnya bisa diungkapkan dan membuat pembaca trenyuh to... tampilkanlah dengan berani :)

riana amalia mengatakan...

.rachel, makasih :)

.mbak dee, hahaha preeettt... tanganku wis keju... dg posting q wis sening....

Posting Komentar