Pages

Rabu, 15 Februari 2012

Pangrango, Aku Cinta Kamu Deh...


SEKILAS GAMBARAN TENTANG GUNUNG GEDE PANGRANGO

Gunung Gede Pangrango adalah salah satu gunung di propinsi Jawa Barat.  yang mempunyai curah hujan tinggi. Tak heran jika kita mengunjungi gunung ini bersifat basah/lembab. Untuk mengembalikan habitat, biasanya tiap bulan Agustus, juga Desember-Maret ditutup untuk para pendaki. Dan tercatat sejak 2002 di TNGGP ditetapkan sistem booking, minimal 3 hari sebelum pendakian kita harus booking terlebih dahulu karena jumlah pendaki pun dibatasi. Terdapat tiga jalur pendakian. Cibodas, Gunung Putri dan Selabinata. Untuk pertama kalinya saya main ke Gede Pangrango :P (mau lagi) melalui jalur Cibodas.

HARI IBU, SAYA BIKIN KACAU...

Berawal dari saya yang membutuhkan F5 (refresh) untuk  ditekan. Otak yang sudah penuh dengan file-file kehidupan. Hah. Kuliah semester  3 sudah selesai need f5!! Liburan kali ini saya ingin yang ‘woww’, dan alhamdulillah terwujud, paling tidak lebih ‘woww’ daripada sebelumnya. Berawal dari brader-brader Cipinang (baca Sumbing 3371 mdpl) yang pada ngajakin saya buat naik Gunung Gede Pangrango, eh bertepatan saya libur kuliah, jadi saya mengeluarkan jurus ampuh saya merengek kepada orang tua untuk meminta ijin. Rencana juga setelah saya main ke Jakarta, nanjak Gede Pangrango, saya mau sekalian singgah ke tempat uak dan bibi saya di Bandung, terus ke tempat nenek saya di Tasikmalaya. Miss u so much  granma...

Awalnya saya sudah beli tiket bus ke Jakarta,untuk tanggal 23. Eh, tiba-tiba... saya inget banget hari itu tanggal 22 Desember, hari ibu, saya malah membuat ibuk  menangis. Hehehe. Beliau khawatir sekali apabila saya berangkat sendiri naik bus, memang nekat sekali anak perempuannya ini, setelah kami saling kompromi, akhirnya si ibuk maunya Pai menjemput ke Salatiga. Beneran, moment ini bikin trenyuh saja, maav ya bu.. hehehe. Pai juga langsung mau jemput saya, dia kangen simbah nya yang diSalatiga, jadi sekalian ketemu simbah katanya.

SEDIKIT MENCICIPI JADI BACKPACKER, 23 Desember 2010
Tiket bis saya cancel, saya merengek pada Pai agar kami naik kereta. Siang nya saya ke Tingkir dianter si kebo, setengah jalan hujan deres, kacau! Setelah sampai Tingkir tas basah, hape langsung konslet, kacau lagi! Langsung saja saya mengcancel tiket, untungnya bisa, walau kena potong sedikit. Pulangnya juga masih hujan, tapi gak sederas tadi, saya langsung pulang karena harus finishing packing.

Sore sekitar pukul 16.00 lebih Pai datang ke rumah, saya pun sudah siap. Hmm, nungguin Pai lagi diberi wejangan oleh ibuk saya. Hihihi, sukur loh!  Tapi berkat lelaki ini ijin sudah saya kantongi. 

Sepanjang perjalanan terlihat kami begitu bersemangat. Bus arah Solo pun kami tunggu dengan sabar. Ehm… akhirnya bus nya nongol, langsung saja kami naik, tapi kami harus berdiri karena penuh, dan makin kesana makin penuh.

Sampai Solo sudah malam sekitar jam 19.00an, kami mampir  Basecamp Giri Bahama, salah satu organisasi pecinta alam di UMS. Disana kami dijamu baik oleh saudara-saudara Giri Bahama. Jam 21.00 kami berangkat ke Purwosari diantar Mas Aji dan Rektor, rekan Pai dan sekarang menjadi rekan saya juga. Sayang sekali, keretanya terakhir jam 18.30 huhuhu. Lalu kami berempat saya, Mas aji, Rektor, Pai diskusi bagaimana solusinya. Akhirnya diambil keputusan, kami menginap dirumah Rektor dulu, lalu pagi-pagi sekali kami ke Semarang untuk mencari kereta. Muter balik, lewat Salatiga lagi, jiahh.

SUDAH TANGGAL 24 DESEMBER 2010, KAMI DIKEJAR WAKTU!
Jam 7 pagi kami sampai di Poncol. Tahu tidak saudara apa yang saya lihat ketika sampai di stasiun Poncol? Ya, antrean kereta sama keretanya panjang antrean nya. Saya dan Pai frustasi, akhirnya kami berjalan keluar stasiun dengan lesu. Eh, ada bis jurusan Cirebon, akhirnya kami berlarian mengejar bis itu. Nah, perjalanan Salatiga-Jakarta, saya sedikit mencicipi menjadi seorang backpacker walaupun amatiran. Hahaha

GAK NYANGKA BISA JADI INSPIRASI ORANG LAIN :)

Nah dibis ada cerita lagi nih! Kami memilih bangku belakang sendiri, dipojok ada mbak-mbak, iseng aja kami ngajak dia ngobrol. Setelah berkenalan dan bertanya soal asal muasal, kemudian kami mengetahui namanya Silvi, angkatan 2010 UNNES TI, dia mau pulang ke Batang, awalnya agak malu si Silvi itu, eh makin saya dan Pai gokil dia juga asik-asik aja. Obrolan kami cukup banyak, akhirnya setelah dia bertanya kepada kami ‘mau kemana?’ saya dan Pai cerita banyak soal pengalaman bareng pas naik gunung. Kami juga tukeran nomer HP agar gak lost contact. Ajaib nya nih, sekarang si Silvi kecanduan naik gunung, ternyata saya dan Pai bisa juga jadi inspirasi buat orang lain. Senangnyaaaaa… ngomong-ngomong soal Silvi, saya jadi kangen dia nih.

PULO GADUNG, MENUNGGU BANG IQBAL DAN MAS ADIT.
Sampai di Cirebon sore, saya lupa jam berapa. Lalu kita langsung dapet bis jurusan Pulo Gadung, Jakarta. Wah, saya dan Pai travelling nih, mau jadi backpacker, hahaha, sukses dapet yang ekonomi nan murah. Dibis hanya tidur saja. Jam 23.00an kami sampai di Pulau Gadung, lalu dijemput oleh Mas Adit dan Bang Iqbal. Waaaa… senang banget ketemu mereka… seneng nya banyak banget…!

Sampai di Cipinang saya serasa disambut pakai karpet merah. Hehehe. Abangku nambah lagi, ada Bang Rahmat, Joay, Bento, Bang Mulan, Bang Nawaw. Sampai disana saya langsung mandi dirumah Mas Wiwit, sudah gak tahan dengan rasa lengket di tubuh saya. Saya mengira abang-abang yang saya sebutin tadi ikut semua sekalian Bang Iqbal, Mas Wiwit dan Mas Adit pastinya, pokoknya seperti rencana awal berdelapan lah. Ternyata yang fiks berangkat cuma ber-meteor garden, saya, Pai, Mas Adit, Joay dan Bento. Gak ada istirahat, packing-kumpul-doa-berangkat. Mas Wiwit yang memimpin doa, sungguh khidmat…Bissmillah, semoga perjalanan ini selalu dalam lindunganMu Ya Robb...

BERANGKAT!
Dari Cipinang kami nyarter angkotan kota untuk ke Uki (Cawang). Lalu dari Uki ke Kp. Rambutan. Lalu kami naik bus jurusan Tasikmalaya via puncak Bogor Cibodas. Dibis kami semua tidur karena emang saatnya orang tidur. Pukul 04.00 sampai di Cibodas, dingin sekali, kami menunggu angkutan yang bisa mengantar kami naik hingga basecamp, soalnya kata mas Adit kalau jalan lumayan jauh. Akhirnya datang juga.

Basecamp lumayan ramai pendaki, kemudian kami memesan sarapan untuk mengisi perut kami karena cacing-cacing di perut kami sudah berdemo! Sekitar jam 07.00 kami mulai untuk jalan, sejuk sekali udara diCibodas, bikin seger dihati dan pikiran.  Kata Mas Adit nih, kalau kita lewat jalur Cibodas sama aja kayak tamasya! Orang emang kita mau tamasya kok! Hehehe...

Awalnya kaku juga saya berkomunikasi dengan abang-abang Cipinang dengan bahasa Indonesia, karena logat saya sudah medok dok dok jawa banget. Tapi karena si abang-abang ini mulai koplak, saya jadi sebodo teuing lah walaupun medok pisan euy! Si Bento tu tersangka pertama yang manggil saya owa jawa, jadi pada ikutan manggil deh... Dijalan sambil bercanda, kami mulai akrab.

TELAGA BIRU (1.575 mdpl)
Setelah jalan kira-kira 1,5 km dari pintu masuk Cibodas,taraaaaaa kita sampai di Telaga Biru, kok bisa? Ya emang bisa! Kalo dimata saya nih, telaga nya warna nya biru, semi kehijauan, dari yang saya baca dari internet nih, ini dikarenakan ditelaga ini terdapat spesies ganggang biru, begitu. Perjalan setelah Telaga Biru ini terdapat jembatan dari kayu, unik menurut saya, tapi tetap kami harus berhati-hati karena licin.

AIR TERJUN CIBEUREUM (1.675 mdpl)
Setelah berjalan kira-kira satu jam dari Telaga Biru, ada plang bertuliskan ‘Air Terjun Cibeureum’ dan saya perhatikan jalannya berupa jembatan dari kayu, seperti jalur sebelum nya. Mari kita kesana! Bye-bye Mas Adit, jaga tas kami ya. Mas Adit gak ikut kami bertamasya ke Cibereum, dia tugas jaga tas.

Untuk menuju Cibereum kami harus berjalan sekitar 10 menit, nah setelah itu... kami dapat melihat air terjun yang lumayan gede dan sepertinya airnya dingin. Disana terdapat 3 air terjun, yang paling kecil yakni yang paling kiri dari pandangan saya. Setelah puas berfoto-foto kami balik ke lokasi  dimana Mas Adit jaga tas kami, kasihan dia kalau kita kelamaan.

CIPANAS (2150 mdpl)
Kami berjalan lagi, langkah kami santai. Jalur Cibodas ini mirip Lawu via Cemoro Sewu, sudah kelihatan jalurnya, seperti tatakan watu. Hawa disini sejuk, basah, bersih, enak rasanya. Nah, setelah ini kita lewat cipanas (karena air yang mengalir itu panas). Saya diperingatkan Bento untuk jangan kaget apabila kaki saya terkena airnya, tetep tenang, dan berhati-hati agar gak terpeleset.

Benar saja, awalnya airnya hangat, makin jalan, makin deket dengan grojokanya makin panas. Keren, batinku... Kami harus berpegangan pada tali yang ada di samping kami untuk keamanan. Yeah, akhirnya dengan 5-10 menitan selesai juga Cipanas ini.

KANDANG BATU (2220 mdpl)
Untuk mencapai pos Kandang Batu kami berjalan sekitar 30-60 menit. Disini terdapat lapak yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda serta ada sumber air.


KANDANG BADAK (2385 mdpl)
Mendekati Kandang Badak, kita akan mendengar suara deru air terjun yang cukup menarik dibawah jalur pendakian. Hari sudah siang, tapi matahari tak tahu pergi kemana. Kami sampai di Kandang Baak sekitar jam 13.30an (saya lupa). Area di Kandang Badak ini luas, sehingga cocok sekali digunakan untuk lokasi camp. Disini ada sumber air, jadi tidak perlu takut kehabisan air. Bagi yang akan naik ke Gede ataupun Pangrango dianjurkan sebaiknya mengisi persediaan airnya di pos Kandang Badak, karena perjalanan berikutnya akan susah memperoleh air. Saat kami sedang memasak tiba-tiba turun gerimis, cepat-cepat kami memasang flysheet agar kami aman dari gerimis sehingga bisa masak dan makan tentunya! Beberapa tenda sudah berdiri di pos kandang badak ini, kebanyakan sih dari Jawa Barat karena saya menguping sedikit-sedikit logatnya. Hehehe.

Setelah selesai makan, kami menyegerakan packing lagi, karena hari kian sore. Setelah rapat kecil, kami memutuskan untuk ke Pangrango dulu, dan camp disana, karena dengan pertimbangan pasti di Gede lebih rame. Nah besoknya baru ke Gede (planning awal). Setelah berjalan kira-kira 10 menit kami menemui persimpangan, untuk menuju puncak Gede ambil arah ke kiri, dan untuk menuju puncak Pangrango ambil arah kanan.

SUMMIT ATTACK TO PANGRANGO YANG CIHUI.
Jalur untuk ke Pangrango sumprit keren banget. Hutan nya lebat! Beberapa pohon tumbang menghalangi jalan membuat kami kadang harus melompat atau pun merunduk. Membuat perjalanan kami bertmbah seru.

Kata Bento dan Joay Pangrango sudah deket. Huah... saya pengen istirahat. Lama-lama jalurnya tambah nanjak. Capek! Terus batin saya bilang “Hei Riana! Malu tuh... sama Mas Adit dan Joay, carrier mereka udah kayak kulkas dua pintu! Lu cuma bawa daypack juga!”. Hahaha.

Sabar, harus sabar. Pasti udah deket. Tuh jalan nanjaknya tinggal dikit. Tuh kan... jalan udah datar... tuh kan bau edelweis di Mandalawangi kerasa sampai sini. Tuh beneran tuh! Ada tugu triangulasi! Sampai puncak lu Riana!

Yeah, akhirnya sampai, mungkin sudah sekitar pukul 17.30 karena sudah lumayan gelap. Tetapi mendung, sehingga kami tidak dapat melihat senja kemerahan didinding-dinding langit sore itu. Kami memutuskan untuk camp5 meter dari tugu Triangulasi. Mandalawangi tidak nampak dari sini. Kata Mas Adit besok pagi aja main ke Mandalawangi nya.

Kami mendirikan 2 tenda. Tenda pertama kapasitas 4 orang dan tenda kedua kapasitas 3 orang. Tetapi tenda pertama diisi kami, meteor garden, termasuk saya sancai. Hihihi. Kami tidur berdesak-desakan. Saya kebagian dipojok.  Dingin banget... Malam itu menu kami nasi berlaukkan bakmi goreng setelah itu kenyang lalu tidur!

26 DESEMBER 2010,MANDALAWANGI DIKALA PAGI MENYINGSING
Tidur saya nyenyak sekali. Hingga pagi saya sudah mendengar suara beberapa orang yang sedang bercakap-cakap. Mungkin tenda sebelah. Pagi itu mendung. Baru sebentar saya bisa melihat pesona Gede, setelah itu dia berselimut kabut. :(

Pagi itu adalah pagi yang akan saya ingat terus. Kami bertiga, saya, Pai, Mas Adit berjalan-jalan ke Mandalawangi sekalian mengambil air. Indah sekali disana, indah... jantung saya bisa berdesir seperti angin yang mendera tubuh kecil saya. Subhanallah... inikah Mandalawangi.. Edelweis bermekaran disana-sini, ilalang yang bergoyang diterpa sang bayu, gemericik air kecil yang mengalir menjadikan saya berada. Mandalawangi, setelah ini saya pasti bakal kangen tempat ini.

Kami tidak jadi main ke Gede, karena waktu sudah tidak memungkinkan. Bento dan Joay esoknya harus bekerja. Jadi kita cukup bersantai-santai di dumb kami. Baru sekitar jam 11 kami mulai packing. Sebelum meninggalkan Pangrango ‘yang dingin dan sepi’ kami mengabadikan beberapa gambar.

Perjalanan turun gunung kami diwarnai hujan, sehingga kadang kami berhenti, memasang flysheet, dan berteduh. Setelah itu hanya gerimis kecil, dan kami nekat saja tetap melangkahkan kaki. Sampai basecamp sudah gelap, mungkin sekitar pukul 18.30, yess... kami tidak ketinggalan laga keren, INDONESIA vs MALAYSIA!!! Kami bersih-bersih badan kemudian membaur dengan teman-teman pendaki lain untuk menyaksikan pertandingan sepak bola. Hahaha. Seru sekali disini! 







Tamasya ke Hargo Dumilah


Hihihi... ada jeda 3 hari iseng-iseng ma temen-temen tamasya ke lawu ajah... (3-5 Juli 2010)





 
 









Sabtu, 31 Desember 2011

Merapi part 2 (benih-benih persaudaraan yang muncul)


29-30 Mei 2010

Hmmm… Setelah teman-teman kampus saya pameri foto saya saat di Merapi sebelum nya, bukan hanya foto tapi juga saya yang cerita dengan hebohnya lalu mereka ingin untuk kesana. Yap, benar! Saya diminta untuk menemani mereka kesana. Senang sekali rasanya bisa kesana  lagi. Kali ini kami berangkat dari Salatiga bertujuh dengan sepeda motor. Saya dengan Black, Joyo dengan Mas Toho, Mas Awang dengan Mas Jiwo, dan Mas Kris single rider. Pasukan kami juga bertambah dua orang yaitu Nopek dan Kang Jana.

Pendakian ini lucu. Sahabat saya Joyo, baru berjalan 30 menit sudah mengeluh ini itu dengan kata-kata yang bikin geli, malah pengen balik basecamp dia. Dasar! Kata dia, dia sudah gak kuat menanggung beban di malam ini dengan logat lebai ala Joyo. Padahal kemarin saat saya mengajak dia ke Merapi dia semangat sekali. Hahaha. Akhirnya Mas Awang yang membawa daypack Joyo. Sedangkan Joyo kosongan, eh beberapa menit kemudian dia langsung deh dari mesin 2 tak jadi 4 tak. Hahaha melesaaaaat pada lewaaaat.

Sampai pasar bubrah tengah malem, kami mendirikan tenda dan beristirahat, bagi yang mau masak yah silahkan. Saya tak tidur saja. Sampai besok saudara!

Paginya... kami bersiap muncak, itu sekitar pukul 7an. Joyo semangat sekali nih... Dipuncak kami bertemu beberapa bule, tampaknya ada salah satu dari mereka yang ulang tahun. Penyakit sok-sok-an saya kumat, saya pede saja mengucapkan ‘happy birthday’ pada Mr nya... Eh tau-tau kebagian kue nya. Hihihi. Rejeki kagak kemane.

Lalu sempat juga kami berkenalan dengan beberapa orang Korea, senang rasanya...

Berawal dari relationship antara adik tingkat dan kakak tingkat saja, sekarang sudah menjadi saudara didalam H2... J Salam hijau!


Didepan basecamp barameru

Foto gak sengaja yang romantic, hahaha

Kawah

Diatas awan

Foto bareng orang Korea J

Sebelum turun foto dipuncak dulu ah

Kawah mati

Bye Merapi…

Bye Pasar Bubrah…














Sabtu, 03 September 2011

Merapi oh Merapi (2953 mdpl)


Tanggal           : 12-14 Mei 09

Jalur                 : Selo


Akhirnya cita2 ini terwujud.
Mendaki salah satu gunung aktif di Indonesia, juga gunung paling aktif di dunia.
Ya, MERAPI,Jawa Tengah. Dan untuk pertama kalinya.





Hehehe :)




Ngeliatin kawah




Mendung,tapi ada Merbabu



Suci dan saya


Di depan basecamp Barameru


Pai an Trunyul, bukak pijet plus-plus. Hahaha, yang mau coba silahkan datang :D 






Kamis, 25 Agustus 2011

belajar dari ‘Veta’ dan ‘Kebo’ yang saling menjaga

Hari ini saya menemani abang manggung. Yeah, ada event anak-anak slankers di Magelang. Tepatnya di Krincing, kata abang. 

Akhirnya anaphalis manggung, yah... anaphalis itu berasal dari bahasa Yunani yang artinya edelweis, bunga abadi tapi anaphalis itu juga wadah pemuda slanker-slanky Kopeng yang punya seni dan hebat.

Pulangnya saya mampir dikediaman abang diKopeng, hmmm... Kopeng memang dingin, tapi banyak yang saya suka :).

Waktu sudah menunjukan jam 19.00, tapi saya belum pulang juga. Kami ingin menunggu ibuk abang pulang dulu. Eh, alhamdulillah... dibawain nasi goreng buatan ibu (plus ada ‘cacing laut’, udang galah, ipin upin, yang tahu hanya kami, hahaha), enak sekali. Ditengah keluarga berbincang-bincang, hangat sekali rasanya.

Jam 20.30an saya dan abang berpamitan pada bapak-ibu-nya untuk pulang, sedangkan abang juga berpamitan untuk berangkat ke Semarang karena keesokan harinya harus bekerja.


Lampu kebo mati, lampu veta redup sudah, rem veta senin kamis, mataku perih, ngantuk, abang capek, nggreges... Yah, serentetan keluhan dari saya, abang, veta dan kebo. Jalan dari Kopeng-Salatiga kadang ada lampu, kadang gelap sekali, ditambah lagi saya minus, apalagi malam huh... jarak pandang saya berkurang. Huh, serba pelan-pelan. Abang dan veta didepan, saya dan kebo menngekor di belakang. Hehehe. Tiap gelap gulita abang nerangin jalan pake senternya, makasih ya bang! Hehehe. Tiap saya dan kebo jauh dibelakang, abang dan veta dengan sabar nunggu.

Senang sekali malam ini bergelap-gelapan dengan kalian bertiga...
:)